Standard Operasi Pelaksanaan Micro Teaching

Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran
(PPKP).
PENINGKATAN KUALITAS KULIAH MICRO TEACHING
DI PROGRAM FISIKA YANG MEMENUHI STRUKTUR
PEMBELAJARAN ILMIAH
Oleh :
Drs Jamzuri MPd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN P.MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2006
DAFTAR ISI
ISI Hal
DAFTAR ISI…………………………………………………………
ABSTRAK……………………………………………………………
PENDAHULUAN……………………………………………………
Kesesuaian Tujuan dan Langkah ………………………………………………..
Manfaat Penelitian ………………………………………………………………
1
2
3
3
5
KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………………….
Reflective Teaching………………………………………………………………
Struktur Pembelajaran Ilmiah…………………………………………………….
Inquary Model……………………………………………………………………
6
6
7
14
Keterkaitan Reflektive Teaching, Struktur Pembelajaran Ilmiah dan Keterampilan
“Micro Teaching”…………………………………………………………………..
Langkah Penyelesaian Masalah……………………………………………………………………..
17
18
METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………………….
Tahap Persiapan………………………………………………………………….
Tahap Pembentukan 3 s/d 4 Kelompok Setiap Angkatan………………………..
Ukuran Keberhasilan / Penilaian…………………………………………………
Cara menilai kegiatan praktek “micro teaching”…………………………………
Berita Acara Perkuliahan …………………………………………………………
SIMPULAN………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..
23
23
23
23
24
24
26
27
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Pengamatan Tenggelam Terapungnya suatu Benda…………………
Tabel 2. Format Lembar Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ………
Tabel 3. Panduan Pengisian Format Pengamatan Pembelajaran Fisika Di Kelas
Tabel 4. Siklus Persiapan Kuliahan “Micro Teaching” …………………………..
Tabel 5. Siklus Praktek Mengajar “Micro Teaching” ……………………………..
4
19
21
24
25
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Loop data teori ……………………………………………………….
Gambar 2. Keterkaian Struktur Pembelajaran Ilmiah dan “Micro Teaching”
Gambar 3. Peran Refleksi Mahasiswa Saat Praktek Mengajar Micro Teaching..
CURRICULUM VITAE…………………………………………………………………………….
14
17
18
28
ABSTRAK
Drs. Jamzuri MP.d P.Fisika P.MIPA FKIP UNS, 2006
Peningkatan Kualitas Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang Memenuhi
Struktur Pembelajaran Ilmiah
Prof Walter Klinger Phd (Erzeihungswiss Fakultat der Universitat Erlangen
Nurnberg 1997) Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa hingga para siswa
mampu memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan.
Prof Dr Joko Nurkamo( pengukuhan guru besar FKIP UNS), Dengan Reflective
Teaching dapat dibentuk guru yang profesional dengan ciri mampu (1) merencanakan
program belajar-mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin kegiatan belajar-mengajar,
(3) menilai kemajuan kegiatan belajar-mengajar, (4) menafsirkan serta memanfaatkan
hasil penilaian kemajuan belajar-mengajar dan informasi lainnya untuk melakukan
kegiatan tindak lanjut pengalaman mengajar.
Pada buku panduan “micro teaching” mahasiswa dilatih keterampilan Bertanya,
Memberi Penguatan, Menjelaskan, Mengadakan Variasi, Membuka Pelajaran, Menutup
Pelajaran, Mengajar Perorangan, Mengajar Kelompok Kecil
Fokus masalah penelitian berkaitam dengan : Bagaimana cara mengkaitkan 8
struktur pembelajaran ilmiah, keterampilan “micro teaching” dalam bentuk praktek
pembelajaran ilmiah secara parsial atau integral dan “reflektive teaching” sebagai dasar
saling menerima dan memberi pengalaman belajar antar mahasiswa dan dosen, sebagai
bentuk tindakan peningkatan kualiatas mutu kuliah “micro teaching”
Evaluasi saat mengajar dalam ‘‘micro teaching” menggunakan Format Lembar
Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan petunjuknya yang dilakukan oleh
pembimbing dan mahasiswa sebagai usaha untuk merefleksi diri dan antar peserta kuliah
“micro teaching”.
Dapat disimpulkan bahwa model tindakan kuliah praktek mengajar “micro
teaching” dengan format pengamatan yang tepat (sebagai masalah) akan terjadi refleksi
pembelajaran yang positip dan bermakna sebagai peningkatan kualitas mutu kuliah
“micro teaching”.
Kata kunci :
Struktur adalah susunan, 8 struktur pembelajaran ilmiah merupakan 8 langkah pembelajar
an yang harus dipenuhi saat melaksakan pembelajaran perpola ilmiah.
PENDAHULUAN
Sejalan dengan visi, misi dan tujuan Universitas, maka visi, misi dan tujuan,
serta strategi dan priorinitas yang dipilih oleh Program P.Fisika mengembangkan
visi dan misi fakultas (FKIP) sebagai berikut:
Visi P.Fisika ialah : Menyiapkan tenaga kependidikan khususnya adalah guru
P. Fisika plus (tidak hanya mampu menjadi guru) yang mampu bersaing baik di
tingkat regional maupun nasional serta senantiasa berusaha meningkatkan kualitas
lulusannya sehingga mampu mengantisipasi perkembangan tuntutan masyarakat
dalam era globalisasi ini. Sedang salah satu misinya ialah : Menghasilkan tenaga
kependidikan (guru) P.Fisika yang profesional, sebagai tenaga kependidikan (guru)
Sekolah Menengah yang profesional khusus nya dalam bidang P.Fisika sehingga
mampu mengantisipasi perkembangan IPTEK di era globalisasi.
Jurusan PMIPA berhasil meraih program Hibah A1 yang diikuti oleh Prodi
P.Fisika, P.Matematika dan P.Kimia sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki
ruang “micro teaching” dan perlengkapannya.
Kesesuaian Tujuan dan Langkah
Meskipun rerata nilai PPL tinggi ialah 3,0 belum mencerminkan kemampuan
yang sesungguhnya, masih terbatas pada retorika batas kelulusan. Pencerminan
kemampuan tersebut dapat dilihat secara jelas saat mahasiswa praktek mengajar di kelas
ditunggu oleh dosen pembimbing, Tidak nampak struktur dan proses pembelajaran secara
ilmiah; Prof Walter Klinger Phd (Erzeihungswiss Fakultat der Universitat Erlangen
Nurnberg 1997) Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa hingga para siswa
mampu memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan. Untuk
memenuhi persyaratan tersebut jam pelajaran harus diberi struktur dengan 8 struktur
utama ialah motivasi (1), penjabaran masalah (2) ,penyusunan opini (3),perencanaan dan
konstruksi (4), percobaan (5), kesimpulan (6) abstraksi (7), konsolidasi (8)
Karena program P.Fisika akan mendidik colon guru fisika di Sekolah
Lanjutan yang menuntut model pembelajaran secara ilmiah maka perlu mengkaji
ulang Standar Operasi Pelaksanaan (SOP) “micro teaching” yang sesuai kaidah
pembelajaran ilmiah.
Sikap jujur, obyektif, tak kenal lelah dan proses urutan kerja secara sistematis,
rasional dapat dipertanggung jawabkan, diuji ulang kebenarannya dengan hasil yang tetap
valid dan reliabel merupakan ciri Fisika sebagai produk pengetahuan yang benar dan
dapat diandalkan karena merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah.
Tetapi dalam kegiatan belajar mengajar fisika proses ilmiah belum dilaksanakan secara
benar, salah satu kelemahan karena dosen bukan merupakan model pelaksana metode
pembelajaran yang baik.
Jamzuri (2006) dalam penelitian pembuatan Standar Operasi Pelaksanaan (SOP)
“Micro Teaching” menemukan beberapa contoh kesulitan mahasiswa dalam memenuhi
sturuktur pembelajaran ilmiah dan kesulitan dosen sebagai model pembelajaran pada
kuliah “micro teaching” .
Contoh 1, Ketika mahasiswa diminta menarik kesimpulan dari tabel 1 :
Tabel 1. Data Pengamatan Tenggelam Terapungnya suatu Benda
No
Jenis
Benda
Keadaan benda Di Air Kesalahan Dalam
Tenggelam Terapung Menarik Kesimpulan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Besi V Tenggelam terapungnya suatu benda dalam
air tergantung pada
o Berat benda…………………..20 %
o Berat jenis benda…………..70 %
o Volume benda………………10 %
2 Kaca V
3 Kayu V
4 Gabus V
5 Batu V
Kesalahan mahasiswa dalam menarik kesimpulan dalam tabel 1, dapat dibenarkan
dalam waktu sekitar 10 menit setelah mahahasiswa ditanya mengenai : Apakah saudara
menimbang berat benda ? Apakah saudara mengukur volume benda ? Sehingga
mahasiswa sadar akan kesalahannya, bahwa ia tidak menyimpulkan berdasar-kan data
yang ada. Akhirnya disimpulkan secara benar bahwa Tenggelam terapungnya suatu
benda dalam air tergantung pada jenis benda.
Contoh 2, ketika dosen menjelaskan metode “bermain peran” dosen tidak
melaksanakan secara benar, tetapi umumnya dosen bercerita tentang metode bermain
peran, bukan melaksanakan metode “bermain peran” dalam kuliahnya. Dalam
melaksanakan metode demonstrasi dosen lebih berperan dalam ceramahnya.
Berdasarkan contoh 1 dan 2, maka diperlukan tindakan untuk meperjelas 8 Struktur
Pembelajaran Ilmiah, Aplikasi Struktur Pembelajaran Ilmiah Dalam Pembelajaran dan
Aplikasi Struktur Pembelajaran Ilmiah Dalam Kuliah “Micro Teaching”
Salah satu indikator yang terkait kuat dengan keberhasilan mencetak guru fisika
yang profesional adalah kegiatan”micro teaching” sebagai kesiapan mengajar di sekolah
lanjutan dalam bentuk kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL).
Fokus Masalah
Ada 3 masalah yang menjadi fokus penelitian sebagai tindakan perbaikan kuliah,
penentuan model pembimbingan dan evaluasi kuliah “micro teaching” di P.Fisika agar
memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah : Pertama apakah tindakan yang dilakukan agar
kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?
Kedua bagaimana model pembimbingan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat
memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ? Ketiga bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah
“micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah ?
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian sebagai usaha untuk menumbuh kembangkan sikap ilmiah dan
menerapkan prosedur ilmiah dalam pembelajaran fisika, dengan cara meningkatkan mutu
pembelajaran “micro teaching”. Sehingga akan meningkatkan kerjasama antar dosen dan
dosen dengan mahasiswa dalam memecahkan masalah pembelajaran “micro teaching”
sebagai persiapan mahasiswa mengikuti PPL di Sekolah Lanjutan.
KAJIAN PUSTAKA
Reflective Teaching
Prof Dr Joko Nurkamto ( FKIP UNS ) dalam pengukuhan guru besar
mengemukakan pendapatnya, Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Reflective
Teaching Guru merupakan ujung tombak pelaksanaan pendidikan karena gurulah yang
secara langsung memimpin kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas, yang menjadi inti
kegiatan pendidikan. Guru menjadi orang pertama yang bertanggung jawab atas kualitas
pendidikan di sekolah.
Karena perannya yang sangat penting, guru dituntut memiliki profesionalisme
yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang profesional adalah guru yang
mampu: (1) merencanakan program belajar-mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin
kegiatan belajar-mengajar, (3) menilai kemajuan kegiatan belajar-mengajar, dan (4)
menafsirkan serta memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar-mengajar dan
informasi lainnya untuk melakukan kegiatan tindak lanjut (Soedijarto, 1993). Keempat
gugus kemampuan tersebut dianggap sebagai kemampuan profesional karena
memerlukan cara kerja yang tidak mekanistik dan memerlukan penguasaan dasar-dasar
pengetahuan yang kuat terhadap pelaksanaan pekerjaan dan cara kerja dengan dukungan
cara berpikir yang kreatifdan imajinatif.
Karakteristik profesionalisme guru dituntut guru untuk secara terus menerus
memikirkan secara reflektif apa yang telah, sedang, dan akan dikerjakannya di dalam
kelas (Raka Joni, 1992). Inilah yang kemudian lazim dikenal sebagai pengajaran reflektif
Makna pengajaran reflektif dapat disimpulkan dari pendapat John Dewey (dalam Henke,
2001: 1) yang mendefinisikan refleksi sebagai “that which involves active, persistent, and
careful consideration of any belief or practice in light of the reasons that support it and
the further consequences to which it leads”. Apabila diterapkan dalam pengajaran, maka
diperoleh pengertian bahwa pengajaran reflektif adalah penggunaan kesempatan oleh
guru dalam melaksanakan tugas secara sistematis mengeksplorasi, mempertanyakan, dan
membingkai kembali praktek pengajarannya secara holistik untuk dapat membuat
interpretasi secara benar berdasarkan keadaan di lapangan dan kemudian dapat
menentukan pilihan yang tepat untuk memperbaiki kinerjanya.
Untuk dapat melakukan pengajaran reflektif tersebut guru perlu memiliki
kesadaran akan praktek pengajarannya dan kesediaannya untuk berubah ke arah yang
lebih baik. Sehingga melahirkan keterbukaan (open-mindedness), keterlibatan secara
penuh (hole-heartedness), dan tanggung jawab (responsibility) (Dewey, 1996).
Pengajaran reflektif memiliki empat langkah yang terkait satu sama lain, yaitu
deskripsi, analisis, eksplanasi, dan refleksi. Deskripsi berarti menggambarkan peristiwa
kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas sebagaimana adanya; dapat dilakukan melalui
teknik rekaman videotapes, rekaman audiotapes, dan deskripsi tertulis. Analisis adalah
suatu pemecahan masalah yang melibatkan guru melakukan pengujian terhadap apa yang
efektif dan tidak efektif di dalam kelas. Eksplanasi menuntut guru mengkomunikasikan
hasil analisis, yaitu tentang derajat keefektifan kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas.
Dan, refleksi menuntut guru mengidentifikasi makna pribadi dari apa yang telah
dikerjakannya di dalam kelas (Reiman, 1999: 1). Pengajaran reflektif bukanlah metode
mengajar tetapi beyond the methods dan memiliki perspektif yang lebih holistik.
Diharapkan dengan melaksanakan pengajaran reflektif ini, guru mampu meningkatkan
profesionalismenya.
Struktur Pembelajaran Ilmiah
Prof Walter Klinger Phd ( Erzeihungswiss Fakultat der Universitat Erlangen
Nurnberg 1997) yang pendapatnya menjadi dasar model pembelajaran IPA SEQIP
(Science Education Quality Improvement Project) Pengajaran harus distrukturkan
sedemikian rupa hingga para siswa mampu memahami, mengingat dan mengaplikasikan
materi yang diajarkan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut jam pelajaran harus diberi
struktur dengan 8 struktur utama
a. Motivasi
b. Penjabaran masalah
c. Penyusunan Opini
d. Perencanaan dan konstruksi
e. Percobaan
f. Kesimpulan
g. Abstraksi
h. Konsolidasi
Makna masing-masing langkah dapat sangat bervariasi. Bobot tergantung pada
materi yang akan diajarkan maupun kepada situasi dan didaktik suatu kelas, dalam
praktek pengajaran ada transisi terus menerus dari satu langkah ke langkah berikutnya,
sehingga sulit menarik garis tegas masing-masing langkah. Kadang ada langkah yang
diabaikan atau dua langkah terjadi secara bersamaan atau saling susul menyusul dengan
begitu cepat sehingga sulit menarik garis pembatas yang tegas antara masing-masing
langkah. Misalnya antara konstruksi dan percobaan, abstraksi percobaan dan
kesimpulan, antara kesimpulan dan abstraksi. Terutama di kelas rendah, langkahlangkah
“konstruksi” “kesimpulan” dan “Abstraksi” kadang dapat diabaikan sama
sekali.
Tergantung pada struktur dan pengaturan materi yang diberikan, ada langkahlangkah
yang berulang secara teratur, kadang dalam jangka waktu yang sangat singkat
dalam satu unit pelajaran. Misalnya langkah-langkah dua sampai lima
Tetapi sebelum mampu menangani langkah-langkah di atas maupun variasinya
secara mantap, sangat perlu untuk praktek menggunakan bentuk yang sederhana dulu,
yang mempunyai langkah-langkah yang terpisah secara jelas, berdasarkan suatu protokol
pelaksanaan pendidikan yang ditulis sebelumnya. Adapun penjelasan tiap langkah
sebagai berikut :
Langkah Motivasi
Tujuan motivasi adalah menuntun siswa ke arah materi pendidikan, untuk
membangkitkan rasa ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa. Maka
motivasi harus sesuai dengan tujuan unit belajar, motivasi jangan sampai mendahulukan
hasil; Dalam keadaan ideal, perlu berfungsi sebagai penyatu seluruh proses pendidikan
yang mungkin saja melebisi satu unit pendidikan. Motivasi siswa melalui dorongan yang
berulang dan terencana dengan baik, dipengaruhi oleh kepribadian guru dan latar
belakang kelas, dapat dipilih dari lima katagori :
Pertama adalah motivasi Berlandaskan Lingkungan Sekeliling Siswa yang dapat
berasal dari laporan pengalaman pribasi siswa, perintah atau instruksi untuk melakukan
pencarian data yang berkaitan dengan ekskursi atau pekerjaan rumah, kliping koran surat
kabar atau alat komunikasi lain serta masalah yang berasal dari ruang lingkup perhatian
siswa.
Kedua motivasi Berlandaskan pada Kegiatan Guru, yang dapat beralal dari
kemampuan guru mengemas konflik kognitif, yang berkaitan dengan materi, untuk
menjelaskan masalah yang saling bertentangan melalui kegiatan ekskursi kelas, gambar,
film pendidikan, buku, tabel dan diagram, cerita, deskripsi atau kunjungan ke musium
Ketiga motivasi Berlandaskan Pesentasi Peristiwa Sejarah, dapat dilakukan
dengan jalam menunjukkan cerita sejarah misal dibidang IPA mengenai penemuan
tentang kemagnetan dari “Orsted” atau berita ilmiah tentang penemuan sinar X pada
zaman dulu
Keempat motivasi Berlandaskan Peralatan Teknik Yang berfungsi, dapat
dilakukan oleh guru dengan menunjukkan perlatan. Misal bel listrik, lembaran bimetal,
termometer, dinamo sepeda kemudian guru menanyakan bagaimana kerja peralatan
tersebut.
Kelima motivasi Berlandaskan Ingatan Kembali Peristiwa Sebelumnya, kegiatan
guru yang paling efektif kalau motivasi pembelajaran mengandung komponen
“emosional” yang kuat, ialah kalau mengandung aspek mengejutkan, misterius, estetika
atau persaingan atau berasal dari lingkungan sekeliling siswa. Tetapi yang paling penting
motivasi yang diberikan harus sesuai dengan usia siswa
Langkah Penjabaran Masalah
Tujuan dalam merumuskan masalah secara jelas untuk menjalani langkah
berikutnya, peluang menciptakan masalah atau menyadarkan masalah secara seragam
terhadap suatu masalah dapat merupakan :
Pertama kenyataan yang dialami, semua siswa suatu kelas mengalami suatu
situasi nyata bersama. Misal hasil kunjungan suatu kelas untuk mengamati sesuatu
kejadian pembuatan kontruksi bangunan, kehidupan ikan, keadaan alam
Kedua kenyataan yang direproduksi atau disediakan, yang dapat dilakukan
dengan cara demonstrasi fenomena alam. Misal dengan bantuan KIT percobaan,
presentasi peralatan listrik pemainan, mineral atau produk kimia.
Ketiga dapat menyadarkan adanya masalah, sebagai salah satu tuntutan utama
pengajaran ilmu pengetahuan agar obyek-obyek yang akan di bahas dapat ditampilkan
secara nyata. “kenyataan” harus selalu menjadi tuntutan sebagai proses pengetahuan
ilmiah yang berlangsung secara akurat bukan sekedar melihat-lihat saja. Untuk
mencetuskan kegiatan yang secara metodologis diperlukan deduksi hipotesis pada
langkah berikutnya; Sehingga perlu dipisahkan antara obyek dan subyek, semacam
proses pematangan yang akan menghasilkan kesadaran “disini” ada sesuatu yang masih
dipertanyakan, “disini” ada sesuatu yang dapat diamati. Maka siswa telah sadar adanya
masalah yang perlu diamati. Guru harus “merencanakan masalah” pada perencanaan unit
pelajaran. Meskipun pada saat pelajaran berlangsung guru “membiarkan perumusan
masalah terjadi”
Kesulitan merumuskan masalah pada siswa kelas rendah antara lain : Jarang
mampu membahas fenomena alam secara rasional dan obyektif, atau sering mengabaikan
efek-efek yang penting dan lebih memperhatikan fakta-fakta dan ciri yang tidak penting
dan secara tidak sengaja, para siswa memproyeksikan pengalaman lain dalam deskripsi
penghamatan meraka sesungguhnya dan kadang sulit meyakinkan bahwa pengalaman
tersebut tidak sah disebabkan kemampuan siswa untuk menilai besaran sangat terbatas
atau kesulitan menyebutkan istilah teknis, kosa kata terbatas, bahkan tidak mempunyai
konsep behasa sehari hari, apalagi istilah teknis yang diperlukan. Maka pengajaran
bahasa menjadi penting dalam penjabaran masalah agar dapat diverbalkan observasi,
opini dan hasil secara tepat.
Bahaya penilaian masalah yang terburu-buru, ialah melompat hingga mencapai
kesimpulan sebelum masalah dikenali secara tepat. Kelas tiba-tiba merumuskan hipotesis
tanpa sebelumnya merumuskan masalah. Guru harus secara konsekuen berkali kali
kembali pada masalahnya dan melanjutkan kelangkah berikutnya kalau pertanyaan
ilmiahnya sudah tertera di papan tulis.
Penyusunan Opini-Opini atau Hipotesis
Bentuk pertanyaan ilmiah yang dirumuskan secara jelas mirip teka-teki, karena
menuntut jawaban teka-teki siswa berusaha mencari keterangan dan intepretasi yang
mungkin. Akhirnya mereka berhipotesa yang bagi mereka mewakili solusi masalah yang
diterima. Siswa berpikir secara deduktif, sehingga metode deduktif diberlakukan dalam
menyusun opini. Pada saat merumuskan masalah perlu bantuan guru, Sebaliknya pada
saat menyusun opini kemampuan siswa berkembang cepat dalam upaya untuk
mengekpresikan opini, para siswa berkesempatan membebaskan daya khayal, keatifitas,
daya pikir dan intuisi untuk menciptakan ruang bebas berpikir, siswa dapat berkembang
dan merumuskan pemikirannya. Sebaiknya dilakukan diskusi kelompok kecil,
mengabaikan Kegiatan mandiri, karena perumusan hipotesis berkaitan dengan menerima
atau menolak gagasan yang akan lebih mudah dalam bentuk interaksi dua siswa atau
lebih.
Perumusan hipotesis dalam kelompok kecil biasanya lebih bermakna karena
menghasilkan hipotesa yang berbeda-beda, maka menjadi sangat penting agar hipotesis
dari semua kelompok dideskusikan bersama, dicermati secara kritis; Kesulitan yang
muncul adanya sikap kaku menferbalkan fakta maupun istilah teknis, akan terjadi bila
ada siswa dapat menjawab secara tepat, guru tidak perlu takut, karena menurut ilmu
pengetahuan masih perlu diuji oleh suatu percobaan
Perencanaan Dan Konstruksi
Perencanaan dan kontruksi bertujuan untuk mengkontruksikan perangkat
percobaan yang memungkinkan verifikasi atau mengolah hipotesis dan penentuan saling
kait antar parameter yang relevan. Siswa diajak mengenal ubahan, maka tidak boleh
mengatakan ” percobaan berikut akan menjawab pertanyaan tersebut” Juga tidak boleh
“mari kita lakukan demostrasi ” Sadarkan siswa akan cara-cara menemukan jawaban
masalah bukan hanya sekedar menjalankan peralatan laboratorium. Jalan dari hipotesis
kepada rangkaian peralatan percobaan cukup rumit. Diperlukan kemampuan mencipta,
sabar dan merangkai alat dan bahan menjadi berfungsi. Maka harus dikembangkan
strategi percobaan, metode yang membawa kepada tujuan menyusuri suatu percobaan
berkelanjutan yang menyebabkan jawaban ilmiah.
Keterbatasan anak untuk berpikir secara logis fungsional, kombinasi teknis,
kekuatan imajinasi teknis obyektif maupun mengimplementasikan peralatan dari dua
dimensi menjadi tiga demensi sangat diperlukan pada saat sistem pengukuran ditentukan,
Tetapi sejak awal kemampuan anak harus dikembangkan. Mulailah dengan peralatan
praktis atau bahan-bahan yang ramah lingkungan untuk merakit percobaan, serta
gunakan istilah teknis yang tepat, istilah yang sulit ditulis dekat komponen yang
bersangkutan; Fungsi dan tujuan masing-masing komponen perlu dijelaskan, alat ukur
harus dibahas secara mendalam penggunaannya, konstruksi percobaan jangan dilakukan
secara abstrak, tetapi dilakukan melalui “trial and error” menggunakan komponen yang
reel dipakai percobaan, tetapi belakangan harus makin terpisah.
Tuliskan deskrepsi singkat percobaan yang akan dilakukan dan gambarkan sketsa
percobaan pada papan tulis atau lembar kerja sehingga menjadi bagian dari langkah
perencanaan, Pada awalnya peralatan digambar secara perspektif dan berangsur angsur
menjadi potongan gambar lalu digambar sketsa abstrak yang menggunakan simbul
simbul standar. Misal batu baterei digambar secara nyata kemudian menjadi simbul
abtraknya dan lakukan kerja kelompok unuk kemudian diangkat menjadi diskusi kelas
sebagai pendorong pemikiran kreatif dan konstruktik dan membangun kerja sama yang
saling menguntungkan.
Percobaan
Langkah percobaan merupakan titik perhatian utama pengajaran fisika dan kimia.
Jawaban pertanyaan ilmiah ditentukan oleh langkah percobaaan siswa dan percobaan
demonstrasi guru, Pengalaman percobaan hanya diperoleh jika melakukan sendiri,
sebaiknya menggunakan percobaan siswa untuk mengamati, mengoperasikan
menjalankan peralatan, membaca meter, mencatat data hasil pengamatan.
Kasus percobaan yang dapat dikembangkan dengan cara siswa melakukan
percobaan yang sama dengan masalah yang sama, atau kasus percobaan kelompok siswa
melakukan percobaan yang berlainan dengan masalah dan hipoteisis yang berlainan pula.
Tetapi baik kasus percobaan sendiri atau kelompok semua harus mempresentasikan
kepada seluruh kelas.
Langkah langkah percobaan yang perlu diperhatikan ialah merakit peralatan
percobaan sesuai dengan sketsa perencanaan dari dua dimensi (simbul) menjadi tiga
demensi (benda riel) untuk disetel menjadi rangkaian percobaan yang bermakna dalam
menentukan ubahan independen, dependen dan kontrol. Selanjutnya menentukan
pencatatan data pengamatan, dalam tabel, papan tulis atau buku sesuai pelaksanaan
urutan percobaan sesui langkah percobaan dan pelulangan percobaan yang diperlukan
sebagai pemantapan untuk menentukan akurasi hasil percobaan, terutama kalau terjadi
sesuatu diluar sudut pandang hipotesis. Hasil perulangan jangan sampai mengaburkan
hipotesis serta mengembalikan alat secara aman pada tempat penyimpanan yang tepat
dan benar
Kesimpulan
Langkah percobaan, kesimpulan dan abstraksi berkaitan sangat erat seringkali
langkah tersebut tidak jelas, sehingga “kepustakaan” menganggap langkah ini sebagai
kesatuan, merupakan langkah pemrosesan hasil, tetapi agar mampu membedakan dalam
pengajaran langkah tersebut dibahas secara terpisah. Hasil percobaan biasanya masih
belum merupakan temuan ilmiah sesuai dengan makna ilmiah, hanya dari suatu
generalisasi abtraksi dari hasil percobaan akan membawa hasil pengetahuan ilmiah
Kesimpulan yang benar dari hasil-hasil percobaan tergantung pada masalah,
hipotesis yang diajukan dan metode percobaan yang dipergunakan, perlu disadari bahwa
kebanyakan nilai ubahan yang terukur diindikasikan oleh pergerakan suatu alat ukur.
Misal Observasi : jarum ampermeter menyimpang, sehingga disimpulkan bahwa arus
mengalir dalam rangkaian.
Hirarki penarikan kesimpulan di pandang dari sudut generalisasi data atau fakta
dari hasil percobaan dapat merupakan : (1) Pernyataan rangkuman sederhana sebagai
kesimpulan dari banyak fakta yang relevan ditarik secara induktip, misal semua logam
menghantarkan arus listrik, maka kawat besi termasuk logam dapat menghantarkan
menghantar arus listrik. (2) Kesimpulan perbandingan jika siswa mengamati perubahan
percobaan berdasarkan kontrol ubahan tertentu. Misal “Air panas dalam panci naik dari
bawah ke atas” kesimpulan air panas lebih ringan dari air dingin. (3) Kesimpulan
penyebab dengan rumus yang disusun berdasarkan :”Kalau …..maka “misal Kalau batang
logam dipanaskan maka panjang batang akan bertambah panjang. Jika kesimpulan
dibimbing ketingkatamn yang lebih tinggi akan menjadi (4) Kesimpulan verbal
kuantitatip yang lebih operasional, misal kalau jarak diperpanjang n kali maka gaya
tariknya akan bertambah n kali. Selanjutnya jika dibimbing ke tingkatan yang lebih tinggi
akan membuahkan generalisasi yang lebih abstrak yang berupa (5) Kesimpulan rumus
secara verbal matematis yang dapat ditarik berdasarkan grafik pengamatan hubungan
antar ubahan. Misal verbal matematika kecepatan sebagai ubahan jarak dibagi ubahan
waktu ( V = S/t )
Abstraksi :
Tujuan abstraksi, pelepasan dari kasus mandiri ke kasus umum, sedang pengertian
abstraksi adalah perumusan pengetahuan terperinci tertentu yang diperoleh melalui kasus
khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai syarat-syarat yang berlaku
umum. Dalam fisika hubungan antar konsep dijalin dalam bentuk matematik, yang
akhirnya membawa pada versi matematika sebagai hukum dan teori alam yang dapat
digunakan untuk melakukan deduksi pertanyaan-pertanyaan kuantitatif untuk suatu kasus
khusus.
Misal : Tenggelam terapungnya benda dalam zat cair tergantung pada
perbandingan masa jenis benda dengan zat cair, merupakan abtraksi dari hasil kesimpulan
tenggelam terapungnya suatu benda tergantung pada jenis dan bentuk benda; Kemudian
dikaji ulang dengan cara menimbang dan mengukur volume benda yang secara verbal
matematis dirumuskan menjadi lebih abstrak dan general tenggelam terapunya suatu
benda tergantung dari perbandingan massa dan volume benda atau dinyatakan dalam
bentuk  = m/V
Konsolidasi Pengetahuan Melalui Aplikasi Dan Praktek
Tujuan konsolidasi agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru
diperoleh untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu ke stusktur
pengetahuan siswa yang sudah ada. Tidak cukup hanya memahami fakta, harus
dipraktekkan, dihapalkan dan ditransfer ke kasus lain. Misal diberi tugas untuk
mengamati kasus percobaan atau fenomena yang hampir serupa atau bahkan mungkin
tidak mirip sama sekali jika tdak dcermati.
Inquary Model
Gambar 1. Loop data teori
Tugas guru dalam pembelajaran dalam
pembelajaran fisika dituntut untuk
merancang eksperimen sehingga diperoleh
data sebagai pendukung teori
yang disampaikan.
Atau dari teori yang disampaikan harus
dapat disimulasikan mencadi petunjuk
percobaan sehingga diperoleh data
pendukungnya.
Teori dan data sebagai modal diskusi
saat pembelajaran berpola ilmiah.
Keterampilan “Micro Teaching”
Tujuan “micro teaching” adalah untuk memberi keterampilan mengajar dan
mempersiapkan mahasiswa mengajar di lapangan pada kuliah PPL. Drs R. Widodo
(2002) merangkum panduan materi Pengajaran Mikro (“Micro Teaching”) yang
diterbitkan oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta, mensarikan 8 keterampilan
pengajaran mikro :
a. Keterampilan Bertanya
b. Keterampilan Memberi Penguatan
c. Keterampilan Menjelaskan
d. Keterampilan Mengadakan Variasi
e. Keterampilan Membuka Pelajaran
f. Keterampilan Menutup Pelajaran
g. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil
h. Keterampilan Mengajar Mengelola kelas
Keterangan lebih rinci mengenai ke delapan keterampilan adalah sebagai
berikut :
Keterampilan Bertanya
Pertanyaan diajukan oleh guru agar siswa belajar dan meningkatkan kemampu an
berpikir. Dalam proses belajar mengajar setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya atau
suruhan yang menuntuk siswa meningkatkan kemampuan berfikir, memperbesar
partisipasi dan mendorong siswa agar berinisiatip sendiri digolongkan dalam
keterampilan bertanya.
Keterampilan Memberi Penguatan
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan memberi penghargaan,
persetujuan atas jawaban siswa atau sebaliknya dapat digolongkan dalam keterampilan
memberi penguatan. Bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa, menjaga dan
membangkitkan motivasi, memudahkan belajar serta mengontrol tingkah laku siswa agar
menjadi positip serta yakin bahwa semua jawaban mendapat respon positip dari gurunya.
Keterampilan Menjelaskan
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan menyajikan informasi lisan
atau tertulis secara sistematis bertujuan untuk menunjukkan hubungan sebab akibat dapat
digolongkan dalam keterampilan menjelaskan. Tujuan memberi penjelasan untuk
memberi pemahaman, menolong dan mendapatkan logika siswa yang benar dari masalah
yang dihadapi oleh siswa, sehingga pengertian siswa tidak mengambang tetapi menjadi
tegas dan jelas sebagai suatu pengertian konsep yang utuh berkesinambungan.
Keterampilan Mengadakan Variasi
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan memberi perubahan dalam
pembelajaran dapat digolongkan dalam keterampilan mengadakan Variasi, Variasi
memuat aspek keterampilan lain, bertujuan untuk meningkatkan minat belajar, memberi
kesempatan berkembangkanya bakat siswa, memperoleh cara lain agar siswa lebih
memahami masalah serta lebih meningkatkan kadar cara belajar siswa aktif dalam
menemukan konsep yang dipelajari secara benar meyakinkan.
Keterampilan Membuka Pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah aktivitas yang dilakukan oleh guru
untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat
pada kegiatan belajarnya. Siswa menjadi ingin tahu dan tanggap pada materi pelajaran
yang akan disajikan oleh guru, sehingga suasana belajar menjadi hidup, responsip
terhadap perintah guru; Keberhasilan membuka pelajaran ditandai dengan tidak
canggungnya siswa untuk bertindak positip mengikuti kegiatan guru yang menunjang
keberhasilan pembelajaran.
Keterampilan Menutup Pelajaran
Maksud keterampilan menutup pelajaran adalah aktivitas yang dilakukan oleh
guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran, digunakan untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajarinya. Ketrampilan menutup pelajaran
berkaitan dengan keterampilan membuka pelajaran.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran harus mempertimbangkan
prinsip-prinsip bermakna dan berurutan yang berkesinaambungan. Bermakna dalam arti
guru hendaknya memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran. Sedang
berurutan yang bersinambungan menuntut aktivitas guru dalam menjelaskan, merangkum
kembali pokok-pokok pelajaran hendaknya merupakan kesatuan yang utuh
dengan susunan yang tepat, berhubungan dengan minat siswa dan berkaitan secara erat
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil
Percakapan dalam kelompok hanya dapat dikatakan diskusi bila memenuhi syarat
bila melibatkan individu dalam kelompok yang berlangsung dalam bentuk kegiatan tatap
muka sehingga tiap individu dalam kelompok dapat melihat, mendengar serta
berkomunikasi secara bebas dan langsung; Sehingga terjadi kerjasama untuk saling
mengisi dalam mencapai tujuan secara sistematis, menuju satu kesimpulan. Diskusi
kelompok adalah suatu proses yang teratur melibatkan sekelompok orang dalam interaksi
tatap muka sehingga dapat berkomunikasi secara bebas secara sistematis untuk
memecahkan masalah dan menarik satu kesimpulan.
Keterampilan Mengajar Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas dimaksukan sebagai keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, mengantisipasi gangguan
dalam proses belajar agar tidak menjadi gangguan yang berkelanjutan. Prinsip penggunaan
keterampilan mengelola kelas adalah : Kehangatan dan keantusiasan antara guru dan siswa
dalam memecahkan “tantangan” dalam arti sebagai usaha yang dapat meningkatkan gairah
siswa belajar dan selalu memperhatikan kegiatan guru. Menggunakan Variasi yang
inovatif agar siswa tidak jenuh menerima pelajaran yang disampaikan secara luwes dalam
bentuk tingkah laku guru sehingga akan mecegah gangguan pembelajaran.
Keterkaitan Reflektive Teaching, Struktur Pembelajaran Ilmiah dan Keterampilan
“Micro Teaching”
Jamzuri (2006) penelitian pembuatan SOP kuliah “micro Teaching”,
menunjukkan keterkaian Struktur Pembelajaran Ilmiah dan “Micro Teaching” yang
dapat terkait secara parsial atau integral, sedang keterkaitan tersebut selalu dapat
dikaitkan dengan”reflective teaching” dalam arti setiap langkah harus direfleksikan agar
selalu terarah mencapai tujuan pembelajaran (gambar 2). Secara parsial, bermakna bahwa
setiap pembelajaran dapat dilatihkan satu atau lebih bagian dari 8 struktur pembelajaran
ilmiah, misal hanya mengambil struktur merumuskan masalah dari penggalan materi
pelajaran secara utuh, dilaksanakan selama 20 menit. Tetapi bila dilaksanakan secara
integral, maka pembelajaran dilatihkan secara utuh dari 8 struktur pembelajaran ilmiah
dilaksanakan dalam waktu 45 menit sampai 80 menit.
Contoh 1. pelaksanaan secara parsial dalam waktu 20 menit pada kuliah ‘‘micro
teaching” ialah ketika guru (mahasiswa) diminta menjawab rumusan : Apakah lensa itu ?
dengan cara mencirikan lensa pada teman sebaya bahwa lensa mempunyai sifat : benda
bening, ketebalan pada bagian tengah dan tepi tidak sama.
Contoh 2. pelaksanaan secara integral dalam waktu 60 menit pada kuliah ‘‘micro
teaching” ialah ketika guru (mahasiswa) diminta menjabarkan hubungan antara jarak
bayangan, jarak benda dan jarak focus lensa.
Gambar 2. Keterkaian Struktur Pembelajaran Ilmiah dan “Micro Teaching”
Pada contoh 1 : Hanya dipilih salah satu unsur struktur pembelajaran menjawab
rumusan masalah saja, sedang keterampilan ‘‘micro teaching” dapat menggunakan
keterapilan bertanya, memberi penguatan, menjelaskan saja atau bahkan ke 8 keterampil
an dapat digunakannya.
Pada contoh 2 : Menggunakan 8 struktur pembelajaran ilmiah dari memberi
motivasi sampai konsolidasi, sedang keterampilan ‘‘micro teaching” memerlukan
seluruh keterampilan dari bertanya sampai mengelola kelas.
Struktur
Pembelajaran Ilmiah
Keterampilan
“Micro Teaching”
o Bertanya
o Memberi Penguatan
o Menjelaskan
o Mengadakan Variasi
o Membuka Pelajaran
o Menutup Pelajaran
o Mengajar Kelompok Kecil
o Mengajar Mengelola Kelas
o Memberi Motivasi
o Merumuskan Masalah
o Menyusun Opini
o Perencanaan Dan Konstruksi
o Melakukan Percobaan
o Menarik Kesimpulan
o Abstraksi
o Konsolidasi – Aplikasi
Dalam Kegiatan Pengajaran Mikro Terjadi Proses Pembelajaran Ilmiah
Secara Parsial Atau Integral
Gambar 3. Peran Refleksi Mahasiswa Saat Praktek Mengajar “Micro Teaching”
Gambar 3; Pada saat salah satu mahasiswa praktek mengajar dalam kuliah “micro
teaching” mahasiswa lainnya melaksanakan pengamatan, yang pada giliranya akan
melaksanakan praktek mengajar pula. Kegiatan berulang 3 sampai 4 kali praktek akan,
maka akan terjadi putar gilir peran mahasiswa sebagai “guru” dan atau sebagai
“pengamat” refleksi mahasiswa secara keseluruhan akan saling menerima dan memberi
pengalaman mengajar.
Langkah Penyelesaian Masalah
Masalah pertama : Apakah tindakan yang dilakukan agar kuliah “micro teaching” di
P.Fisika dapat memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ? Untuk menjawab masalah
pertama dilakukan tindakan persiapan berupa : Pelatihan dosen model sebagai
pembimbing praktek oleh konsultan dan membentuk kelompok yang terdiri dari 3 s/d
mahasiswa dipimpin oleh 1 pembimbing
Masalah kedua : Bagaimana model pembimbingan agar kuliah “micro teaching” di
P.Fisika dapat memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ? Untuk menjawab masalah kedua
dilakukan tindakan berupa : Dosen model memberi contoh model pembelajaran dengan
struktur pembelajaran ilmiah. Kemudian dilakukan model refleksi 1 mahasiswa praktek
mengajar, 3 mahasiswa sebagai pengamat, sedang pembimbing mengevaluasi refleksi
terhadap praktek mengajar mahasiswa dalam “micro Teaching”.
Mahasiswa
Praktek
sebagai
“guru”
Dalam
Kuliah
Micro
Teaching
Mahasiswa berperan sebagai “pengamat”
Mahasiswa berperan sebagai “pengamat”
Mahasiswa berperan sebagai “pengamat”
Mahasiswa berperan sebagai “pengamat”
Dosen sebagai pembimbing memberi komentar / evaluasi “micro teaching”
Terjadi Refleksi
Peangalaman antar
mahasiswa saling
menerima dan memberi
pengalaman mengajar
Masalah ketiga : Bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah “micro teaching” di
P.Fisika dapat memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah ? Untuk menjawab masalah
ketiga dilakukan tindakan berupa : Menyusun Format pengamatan pembelajaran ilmiah
dan petunjuk pengisian format pembelajaran ilmiah, seperti pada tabel 2 dan 3 berikut :
Tabel 2. Format Lembar Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) :
1. Rencana Pembelajaran :
a Rencana pembelajaran sesuai hasil konsultasi ya tidak
b Sesuai dengan GBPP ya tidak
2. Penggunaan Waktu Oleh guru
a Alokasi Waktu cukup ya tidak
b Waktu dihabiskan sia-sia oleh guru ya tidak
c Waktu digunakan sesuai rencana ya tidak
3. Pelaksanaan Keguiatan Mengajar
a Dalam suasana yang menyenangkan ya tidak
b Menyebabkan siswa tertekan selalu sering jarang tidak
c Memberi perhatian pada siswa semua banyak sedikit tidak
4. Mengikuti Aturan Pembelajaran
a 1. Motivasi siswa dengan bercerita S.Baik baik kurang tidak
2. Motivasi siswa dengan fenomena S.Baik baik kurang tidak
3. Motivasi siswa dengan eksperimen S.Baik baik kurang tidak
b Menggali kemampuan awal siswa S.Baik baik kurang tidak
c Mengarahkan perhatian pd pokok masalah S.Baik baik kurang tidak
d Membimbing siswa melakukan pengamatan S.Baik baik kurang tidak
e Membimbing siswa mengumpulkan data S.Baik baik kurang tidak
5. Guru Mengevaluasi hasil belajar
a Sesuai tujuan pembelajaran S.Baik baik kurang tidak
b Memberikan pekerjaan rumah
6. Penggunaan Papan tulis
a Mengikuti urutan logis S.Baik baik kurang tidak
b Tulisan dan gambar mudah dibaca S.Baik baik kurang tidak
7. Penggunaan KIT IPA
a Menggunakan komponen KIT yang cocok selalu sering jarang tidak
b Merangkai alat eksperimen s efisien efisien kurang tidak
c Membimbing siswa merakit alat eksperimen S Baik baik kurang tidak
d Membimbing siswa melakukan eksperimen S Baik baik kurang tidak
e Mengembalikan alat ketempat secara teratur semua Banyak sedikit tidak
8. Penggunaan Alat Bantu Belajar Mengajar
a Penggunaan alat/bahan lain yang relevan ya tidak
b Penggunaan buku IPA yang lain ya tidak
9. Interaksi Selama Pelajaran
a Guru mengajukan pertanyaan yang relevan S.Baik baik kurang tidak
b Guru menggunakan pertanyaan yg bervariasi sering kadang Jarang tidak
c Guru memberikan penguatan yang positif sering kadang Jarang tidak
d Guru memberi umpan balik thd kesalahan sering kadang Jarang tidak
10. Metode Mengajar
a Berpusat pada siswa sering kadang Jarang tidak
b Guru memberikan tugas untuk sisw sering kadang Jarang tidak
c Guru merangsang interaksi di antara siswa sering kadang Jarang tidak
11. Penjelasan Guru :
a Menggunakan bahasa yg jelas dan sederhana selalu kadang Jarang tidak
b Menggunakan contog yang relevan selalu kadang Jarang tidak
12. Jawaban Siswa :
a Seluruh siswa menjawab secara bersama sering kadang Jarang tidak
b Siswa melengkapi kalimat sering kadang Jarang Tidak
c Siswa melengkapi satu suku kata sering kadang Jarang Tidak
13. Pergetahuan Ipa Guru :
a Sesuai dengan perkembangan ilmu mutakhir semua banyak sedikit tidak
b Mengandung miskonsepsi banyak Bbrp sedikit tidak
c Dpt meghubungkan konsep dg konsep lain sering kadang jarang tidak
14. Tingkah Laku Guru :
a Antusias selalu sering Jarang tidak
b Suara jelas tidak monoton selalu sering Jarang tidak
c Penampilan Sangat
senang
Menye
nangkan
kurang tidak
Tabel 3. Panduan Pengisian Format Pengamatan Pembelajaran Fisika Di Kelas
1. Rencana Pembelajaran :
a. Tanyakan apakah pelajaran dipersiapkan sesuai hasil konsultasi
b. Tanyakan apakah persiapan guru sesuai dengan GBPP
2. Penggunaan Waktu Oleh Guru :
a. Amati kriteria tertentu, misal pelajaran tidak selesai atau kriteria lain yang
menunjuk kan waktu yang disediakan cukup atau kurang
b. Jawab YA jika guru membicarakan hal-hal yang tidak penting dan tidak relevan
c. Jawab YA jika pelajaran tepat waktu dan sesuai tujuan
3. Pelaksanaan Kegiatan Mengajar :
a. Jawab YA jika interaksi guru dan siswa dalam kelas menyenangkan; Misalnya
berindikasi bahwa guru tidak mengabaikan pendapat anak, memberi penghargaan
pada pendapat anak dan selingan humor yang sehat
b. Amati apakah guru menyuruh anak cepat menjawab pertanyaan, selalu
membandingkan prestasi anak, mengolok atau tindakan lain sehingga anak
menjadi cemas tidak aman dan sebagainya
c. Amati perilaku guru mengenai pembagian giliran menyelesaikan pertanyaan atau
tugas pada siswa, apakah hanya siswa tertentu atau seluruh siswa
4. Mengikuti Aturan Pembelajara :
a. 1/2/3 pilih salah satu cara guru memberi motivasi siswa yang paling dominan
Ialah (1) bercerita (2) Fenomena (3) Ekperimen
b. Perhatikan, apakah guru menggunakan pengetahuan awal siswa untuk memulai
dan mengembangkan pembelajarannya
c. Amati, apakah guru selalu mengarahkan siswa pada masalah pokok ? Misal
dengan demostrasi, eksperimen atau membawa sesuatu yang dibawa guru dalam
kelas selalu dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa mengikuti pelajaran.
d. Amati, apakah guru membimbing siswa mengamati semua aspek yang relevan
dan berusaha melibatkan semua siswa melakukan pengamatan yang relevan
e. Amati, apakah guru membimbing siswa merekam data hasil pengamatan yang
relevan, lengkap; Misal mengisi tabel, membuat gambar, menggolongkan dsb.
5. Guru mengevaluasi Hasil Belajar :
a. Amati, apakah evaluasi/assesmen yang dilakukan guru sesuai tujuan
b. Amati, apakah guru memberi tugas rumah yang relevan dan menarik pada siswa
6. Penggunaan Papan Tulis :
a. Amati, apakah guru menggunakan papan tulis secara efisien, ialah tertulis
informasi teratur, runut sesuai urutan yang logis untuk dapat dicatat oleh siswa
b. Amati, apakah tulisan guru di papan tulis dapat terbaca, menarik dan bermakna.
7. Penggunaan KIT / Peralatan Laboratorium :
a. Amati, apakah guru selalu menggunakan komponen KIT yang cocok.
b. Amati, apakah guru dapat merangkai alat secara cepat,benar atau lambat, salah.
c. Amati, apakah guru membimbing siswa merangkai alat eksperimen. Misal
menunjuk kan cara, kemudian menyuruh atau menuntun siswa melakukan sendiri.
d. Amati, apakah guru membimbing siswa melakukan eksperimen dengan benar,
e. Amati, apakah guru mengembalikan semua peralatan ke tempat secara benar,
8. Penggunaan Alat bantu belajar mengajar :
a. Amati, apakah guru menggunakan alat yang relevan dengan eksperimen.
b. Amati, apakah guru menggunakan sumber lain selain Buku Fisika, misal koran.
9. Interaksi Selama Pelajaran :
a. Perkirakan berapa kali guru mengajukan pertanyaan yang relevan. Apakah
pertanyaan menstimulasi anak untuk berpikir dan tidak hanya pertanyaan ingatan.
b. Amati, apakah guru hanya menggunakan satu macam atau beberapa pertanyaan
yang berupa menggali, menuntun, menegaskan dan sebagainya.
c. Amati, apakah guru memberi penguatan, misal dengan memberi pujian
d. Amati, apakah guru memberi umpan balik terhadap kesalahan siswa,
10. Metode mengajar :
a. Amati, apakah guru memberi aktivitas kepada siswa untuk menemukan sendiri
b. Amati, apakah guru memberi tugas pada siswa.
c. Amati, apakah guru merangsang siswa untuk berinteraksi selama pembelajaran
11. Penjelasan Guru :
a. Amati, apakah guru menggunakan bahasa jelas, sederhana mudah dimengerti
b. Amati, apakah penjelasan guru relevan terhadap contoh/data yang ada
12. Jawaban Siswa :
a. Amati, berapa banyak perilaku siswa menjawab secara bersama.
b. Amati, berapa banyak jawaban siswa yang hanya melengkapi kalimat guru.
c. Amati, berapa banyak jawaban siswa yang hanya melengkapi satu kata guru
13. Pengetahuan Guru :
a. Amati, apakah guru memiliki informasi materi pembelajaran yang lengkap.
b. Amati, apakah guru memberi informasi yang miskonsepsi.
c. Amati, apakah guru dapat menghubungkan konsep dengan konsep lain.
14. Tingkah laku Guru :
a. Amati, apakah guru antusias dalam mengajar.
b. Amati, apakah suara guru jelas dan tidak monoton.
c. Amati, apakah penampilan guru rapi, berkomunikasi dsb
METODOLOGI PENELITIAN
Tahap Persiapan.
Diadakan Pelatihan dosen model dalam bentuk sistem pelatihan berjenjang ialah
dengan memilih 1 dosen tutor sebagai “konsultan”, melatih dosen lain untuk
melaksanakan model pembelajaran dengan 8 struktur pembelajaran ilmiah. Materi
pelatihan adalah 8 struktur pembelajaran ilmiah dan cara mengevaluasi kegiatan belajar
mengajar menggunakan format pengamatan pembelajaran tabel 2.
Setelah “konsultan” sebagai guru model melaksanakan praktek mengajar selama
60 menit dosen sebagai peserta melaksanakan penilaian menggunakan format
pengamatan pembelajaran, maka akan terjadi diskusi antara “konsultan” dan Dosen,
untuk menyamakan persepsi penggunaan format pengamatan pembelajaran dan 8 struktur
pembelajaran yang dilaksanakan oleh “konsultan” saat menjadi guru model.
Memilih “pembimbing” dari dosen lain sebagai dosen model pada kuliah “micro
teaching”. Langkah persiapan dilakukan secara saksama dan jika belum memuaskan
dikaji ulang setiap langkahnya.
Tahap Pembentukan 3 s/d 4 Kelompok Setiap Angkatan
Setiap “pembimbing” membimbing 3 sampai 4 mahasiswa, untuk membentuk
kelompok yang terdiri dari 3 “pembimbing” dengan 1 koordinator.
Kelompok melaksanakan kuliah umum dengan materi seperti langkah yang dilakukan
oleh “konsultan”. “Pembimbing” dan mahasiswa merencanakan materi pembelajaran
“micro teaching” dengan 8 struktur pembelajaran ilmiah. Dilanjutkan pada tiap kelompok
untuk melaksanakan kegiatan “micro teaching” dengan 1 mahasiswa sebagai guru dan 11
mahasiswa sebagai murid. Hasil konsultasi Pelaksanaan “micro teaching” dilaksanakan 3
kali maju dalam waktu 20 menit, sedang Pembimbing”dan mahasiswa menilai
pelaksanaan “micro teaching” yang dilaksanakan dengan format pengamatan
pembelajaran Fisika masing-masing selama 10 menit.
Ukuran Keberhasilan / Penilaian
Disusun panduan kegiatan “micro teaching” di P.Fisika yang memenuhi 8 struktur
pembelajaran ilmiah yang disepakati sebagai model persiapan mengajar dengan 8 struktur
pembelajaran ilmiah (gambar 2 dan gambar 3), pelaksanaan model pembelajaran
dievaluasi berdasarkan Format Pengamatan Pembelajaran Fisika tabel 2 dan tabel 3
Cara menilai kegiatan praktek “micro teaching”
Setelah mahasiswa praktek “micro teaching”dilakukan penilaian menggunakan
format pembelajaran tabel 2 dan tabel 3 dengan urutan : Praktikan melakukan evaluasi
diri. (2 menit), kemudian 3 Mahasiswa memberi komentar pelaksanaan praktek”micro
teaching” berdasarkan format penilaian yang dibagikan, masing-masing (2 menit);
Mahasiswa ke 1 mengamati kegiatan pada tabel 2 nomor 1 sampai nomor 5 , mahasiswa
ke 2 mengamati kegiatan pada tabel 2 nomor 6 sampai nomor 10, mahasiswa ke 3
mengamati kegiatan pada tabel 2 nomor 11 sampai nomor 14 sedang pembimbing
memberi komentar pelaksanaan pengajaran micro berdasarkan format penilaian tabel 2
nomor 1 sampai 14 (5 menit); Nilai dikumpulkan oleh Koordinator jika perlu memberi
komentar. (5 menit)
Berita Acara Perkuliahan
Pembimbing kelompok menentukan materi pembelajaran micro teaching”.
Setelah mendapat judul praktek antar mahasiswa berdiskusi mengenai skenario
pembelajaran yang dilatihkan dalam kontrak dan menentukan urutan maju “micro
teaching”, Mahasiswa mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan
menyerahkan rencana pembelajaran pada dosen pembimbing dalam kelompok sebanyak
3 bendel diikuti oleh Pembimbing memberikan Format Pengamatan Pembelajaran Fisika.
Maka mulai melaksanakan kegiatan pembelajaran “micro teaching” (20 menit).
Siklus Tindakan Yang Dilakukan
Tabel 4. Siklus Persiapan Kuliahan “Micro Teaching”
Kegiatan Tugas / Pengalaman Yang Diperoleh
1. Tahap Persiapan
Terjadi interaksi secara aktif
antara konsultan dan
Pembimbing
1. Memilih Konsultan
Dosen berpengalaman
telah mengikuti
pelatihan dan menjadi
konsultan SEQIP
1. Melatih dosen sebagai pembimbing
2. Sebagai guru model
3. Menjelaskan 8 Struktur pembelajaran
4. Menjelaskan cara menilai
5. Menjadi koordinator “Micro teaching”
1. Memilih
Pembimbing
Dosen yang telah
mengikuti pelatihan
“micro teaching” dari
konsultan
1. Mengikuti pelatihanpembimbingan.
2. Berdiskusi / menyamakan persepsi 8 struktur
pembelajaran ilmiah.
3. Latihan menggunakan format tabel 2
4. Menjadi model yang tampil sebagai contoh
guru di depan mahasiswa peserta kuliah
5. Membimbing mahasiswa peserta kuliah
“micro teaching”
2. Tahap Pembentukan kelompok
Terjadi interaksi antara
Pembimbing -mahasiswa
dalam memahami struktur
pembelajaran
Memilih Koordinator
Dosen yang telah mengikuti
pelatihan “micro
teaching” dari konsultan
1. Memimpin kelompok “micro teaching”
2. Mengumpulkan format penilaian
3. Memberi saran perbaikan pembelajaran yang
telah berlangsung
4. Memimpin diskusi dalam kelompok
Pembimbingan
Proses pembimbingan 3
s/d 4 mahasiswa pada
pembimbing
1. Penentuan materi pelajaran pada latihan
“micro teaching” dengan 8 struktur
pembelajaran ilmiah.
2. Kontrak pelaksanaan perkuliahan “micro
teaching”
Kuliah perdana 1. Penjelasan koordinator sebagai guru model di
Koordinator berperan sbg
guru model contoh pem –
belajaran yang dilaksana –
kan dalam kelompoknya 12
s/d 15 mahasiswa dengan 3
– 4 pembimbing
depan mahasiswa.
2. Penjelasan 8 Struktur pembelajaran dan cara
menilai pada mahasiswa.
3. Penjelasan tugas kuliah “micro teaching” dan
diskusi kelompok
3. Tahap Revisi Rencana Pembelajaran
Evaluasi
Perencanaan
Evaluasi diri
1. Mahasiswa mengevaluasi 8 struktur pem
belajaran yang direncanakan
2. konsultasi dengan pembimbing
Perbaikan 1. Berdiskusi dengan teman sejawat
2. Memperbaiki rencana pembelajaran
3. Menyerahkan perbaikan pada pembimbing.
Tabel 5. Siklus Praktek Mengajar “Micro Teaching”
Kegiatan Tugas / Pengalaman Yang Diperoleh
1. Praktek Mengajar Pertama
Praktikan dan penilai memperoleh
pengalaman praktek dan menilai
Praktikan
Mahasiswa yang ditunjuk
sesuai giliran praktek pada
kelompoknya
1. Menyerahkan kontrak persiapan praktek
mengajar dg 8 struktur pembelajaran.
2. Praktek mengajar selama 20 menit.
3. Setelah praktik siap menerima evaluasi dari
diri sendiri maupun mahasiswa.
Penilai
Terdiri dari 3 mahasiswa,
pembimbing dan koordinator
kelompok.
Penilaian menggunakan
Format Pengamatan
Pembelajaran Fisika
( Lampiran 1)
1. Mahasiswa 1 : menilai dengan format
Pembelajaran no 1 s/d 5 …(2 menit)
2. Mahasiswa 2 : menilai dengan format
Pembelajaran no 6 s/d 10 …(2 menit)
3. Mahasiswa 3 : menilai dengan format
Pembelajaran 11 s/d 15 …..(2 menit)
4. Pembimbing : menilai dengan format
Pembelajaran yg perlu…….(5 menit)
5. Koordinator bila perlu
2. Pengalaman Mahasiswa Selama Kuliah
Kesimpatan Evaluasi
diri pd putaran ke 2
Praktikan
3 mahasiswa yang praktek
mengajar tiap tatap muka
1. Direncanakan 12 kali tatap muka kuliah.
2. Setiap mahasiswa diberi kesempatan 3 kali
praktek.
Penilai
Formal diartikan penilaian
tertulis dan diungkapkan
secara lesan, Non formal
diartikan penilaian secara
tertulis saja.
1. Setiap mahasiswa diberi kesempatan menilai
secara formal dan Non formal dgn Format
Pengamatan Pembelajaran (Lampiran 1)
2. Memperoleh masukan dari pembimbing.
3. Merefleksi pengalaman teman.
3. Praktek Mengajar Kedua
Belajar lebih banyak dan
Bermakna
Praktikan
Mahasiswa yang ditunjuk
sesuai giliran praktek pada
kelompoknya
1. Seperti kegiatan praktek pertama
2. Mempunyai bekal mengajar 1 x , menilai non
formal 12 x dan menilai formal 11 x
3. Berkesempatan menata ulang strategi
pembelajaran yang lebih baik.
Penilai
Mempunyai bekal mengajar
1 x , menilai non formal 12 x
dan menilai formal 11 x
1. Lebih jeli (36 x) menggunakan format
Pengamatan Pembelajaran (Lampiran 1)
2. Lebih sadar melaksanakan strategi mengajar
yang harus dikerjakan
3. Berkesempatan menata ulang strategi
pembelajaran yang lebih baik
4. Merefleksi pengalaman teman.
4. Praktek Berikutnya :
o Mahasiswa mempunyai pengalaman yang lebih banyak dan lebih baik tentang
pelaksanaan pembelajaran dengan 8 struktur pembelajaran ilmiah.
o Hanya mahasiswa pada putaran ke 2 yang belum menuju perbaikan akan
dibimbing secara khusus oleh konsultan.
SIMPULAN
Setelah melaksanakan kegiatan kuliah “Micro Teaching” mahasiswa :
Ada kesadaran bahwa mengajar perlu persiapan yang matang agar prosedur
pembelajaran menggunakan 8 struktur pembelajaran ilmiah dapat tercapai, Mengajar
memerlukan kesabaran refleksi teman sangat diperlukan untuk meningkatkan ketajaman
pengalaman dan menyusun strategi pembelajaran yang baik dan benar.
Masih ada kerancuan mengajar untuk melatih satu penggalan dari 8 struktur
pembelajaran berdasarkan kontrak keterampilan ‘’micro teaching”yang sesuai bila
dibandingkan pola mengajar satu konsep fisika secara utuh, pembimbing masih
mengunggulkan pendekatan materi bukan pendekatan konsep.
CURRICULUM VITAE
1. Data Ketua Peneliti
a. Nama lengkap dan gelar
b.NIP
c. Pangkat / golongan
d.Fakultas / Jurusan
e. Bidang Keahlian
f. Alamat
:
:
:
:
:
:
Drs Jamzuri MPd
130 902 519
Lektor kepala / IV B
KIP – P.MIPA
Pendidikan Fisika
Perum Telukan D15/13/14 Sukoharjo
2. Pengalaman Studi
a. S1 : Pendidikan Fisika FKIP IKIP YOGYAKARTA1980
b. S2 : Pendidikan Fisika IKIP JAKARTA
3. Pengalaman Kursus / Pelatihan
a. Elektronika Dasar : ITB 1 semester 1992
b. Elektronika Lanjut : ITB 1 semester 1996
4. Pengalaman Mengajar :
a. Elektronika di Pendidikan Fisika FKIP UNS tahun 1982 sampai sekarang
b. Ketua Lab P.Fisika FKIP UNS 1983 – 1986
c. Sekretaris Sub Lab Fisika UNS 2003 – sekarang
d. Elektronika di Fakultas Teknik FKIP UNS 1994 – 1996
e. Fisika Dasar di Pendidikan Matematika UMS 1999 – sekarang
f. Tim Pengampu Pengajaran Micro di Program Fisika sejak 1984 sampai
sekarang.
g. Pembimbing PPL di P.Fisika tahun 1990 – sekarang
5. Pengalaman Meneliti :
a. Jamzuri , (2001) Pembuatan KIT dan Petunjuk Praktikum Elektronika Dasar
hibah teaching grant
b. Jamzuri, (2005) Model Pembelajaran Elektronika Dengan Animasi Circuit
Marker , hibah teaching grant A2
c. Jamzuri, (2003) Pola Pembelajaran SEQIP di SD. Kompetisi UNS
d. Jamzuri (2006), Standar Opersional Pelaksanaan Mikroteaching Di Program
Fisika, LPPM UNS
6. Pengalaman Menulis Buku :
a. Jamzuri (2001), Pembuatan KIT dan Petunjuk Praktikum Elektronika, UNS
Press
b. Jamzuri (2003), Logika Biner, UNS Press
c. Jamzuri (2000), Elaktronika 1 dan 2, UNS Press
d. Jamzuri (2006), Petunjuk Praktikum FisikaDasar, Lab UNS
7. Pengalaman Sebagai Konsultan :
a. Konsultan ( 2005 – 2006), Desaster Awareness in Primary Scholl (DAPS),
GTZ Project.
b. Konsultan ( 2002 – 2005), Science Qualiti Improvement Project (SEQIP),
GTZ Project.
8. Pengalaman P2M :
a. Jamzuri (2000), Pelatihan tentang perencanaan Instrumen Tes Pada Guru
SLTP dan SMU Muhammadiyah se Kabupaten Sukoharjo
b. Jamzuri (2001), Penyuluhan Teknik Evaluasi Bidang Studi IPA
c. Jamzuri (2007), Konsultan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Online, http: //ktiguru
jardiknas.org
DAFTAR PUSTAKA
Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pdan K (1990), Kurikulum Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (MIPA-LPTK) Progran Strata -1 (S1), Jakarta
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Buku Pedoman Tahun Akademik 2004 – 2005,
UNS Press
Joko NurkamtoDR,(2003), Pidato Pengukuhan Guru BesarUNS, Surakarta, UNS Press
Jamzuri (2006), Standar Operasi Kuliah Micro Teaching, Surakarta, FKIP UNS
Kurikulum online, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pusat Kurikulum Balitbang
Departermen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
www.puskur.or.id/2kurikulum
Otto Hames,Tim SEQIP,(2000), Buku IPA Guru Kelas 6, Jakarta
Otto Hames, (2001), Stuktur Pembelajaran IPA Model Prof Walter Klinger Phd,
makalah seminar SEQIP 2001
Widodo R (2002), Materi Pengajaran mikro, Surakarta, Unit PPL UNS
Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP).
PENINGKATAN KUALITAS KULIAH MICRO TEACHING DI PROGRAM FISIKA YANG MEMENUHI STRUKTUR
PEMBELAJARAN ILMIAH

Oleh :
Drs Jamzuri MPd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN P.MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2006
DAFTAR ISI

ISI Hal
DAFTAR ISI…………………………………………………………
ABSTRAK……………………………………………………………
PENDAHULUAN……………………………………………………
Kesesuaian Tujuan dan Langkah ………………………………………………..
Manfaat Penelitian ……………………………………………………………… 1
2
3
3
5
KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………………….
Reflective Teaching………………………………………………………………
Struktur Pembelajaran Ilmiah…………………………………………………….
Inquary Model…………………………………………………………………… 6
6
7
14
Keterkaitan Reflektive Teaching, Struktur Pembelajaran Ilmiah dan Keterampilan “Micro Teaching”…………………………………………………………………..
Langkah Penyelesaian Masalah……………………………………………………………………..
17
18
METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………………….
Tahap Persiapan………………………………………………………………….
Tahap Pembentukan 3 s/d 4 Kelompok Setiap Angkatan………………………..
Ukuran Keberhasilan / Penilaian…………………………………………………
Cara menilai kegiatan praktek “micro teaching”…………………………………
Berita Acara Perkuliahan …………………………………………………………
SIMPULAN………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….. 23
23
23
23
24
24
26
27
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Pengamatan Tenggelam Terapungnya suatu Benda…………………
Tabel 2. Format Lembar Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ………
Tabel 3. Panduan Pengisian Format Pengamatan Pembelajaran Fisika Di Kelas
Tabel 4. Siklus Persiapan Kuliahan “Micro Teaching” …………………………..
Tabel 5. Siklus Praktek Mengajar “Micro Teaching” …………………………….. 4
19
21
24
25
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Loop data teori ……………………………………………………….
Gambar 2. Keterkaian Struktur Pembelajaran Ilmiah dan “Micro Teaching” Gambar 3. Peran Refleksi Mahasiswa Saat Praktek Mengajar Micro Teaching..

CURRICULUM VITAE……………………………………………………………………………. 14
17
18
28

ABSTRAK

Drs. Jamzuri MP.d P.Fisika P.MIPA FKIP UNS, 2006
Peningkatan Kualitas Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang Memenuhi Struktur Pembelajaran Ilmiah
Prof Walter Klinger Phd (Erzeihungswiss Fakultat der Universitat Erlangen Nurnberg 1997) Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa hingga para siswa mampu memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan.
Prof Dr Joko Nurkamo( pengukuhan guru besar FKIP UNS), Dengan Reflective Teaching dapat dibentuk guru yang profesional dengan ciri mampu (1) merencanakan program belajar-mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin kegiatan belajar-mengajar, (3) menilai kemajuan kegiatan belajar-mengajar, (4) menafsirkan serta memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar-mengajar dan informasi lainnya untuk melakukan kegiatan tindak lanjut pengalaman mengajar.
Pada buku panduan “micro teaching” mahasiswa dilatih keterampilan Bertanya, Memberi Penguatan, Menjelaskan, Mengadakan Variasi, Membuka Pelajaran, Menutup Pelajaran, Mengajar Perorangan, Mengajar Kelompok Kecil
Fokus masalah penelitian berkaitam dengan : Bagaimana cara mengkaitkan 8 struktur pembelajaran ilmiah, keterampilan “micro teaching” dalam bentuk praktek pembelajaran ilmiah secara parsial atau integral dan “reflektive teaching” sebagai dasar saling menerima dan memberi pengalaman belajar antar mahasiswa dan dosen, sebagai bentuk tindakan peningkatan kualiatas mutu kuliah “micro teaching”
Evaluasi saat mengajar dalam ‘‘micro teaching” menggunakan Format Lembar Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan petunjuknya yang dilakukan oleh pembimbing dan mahasiswa sebagai usaha untuk merefleksi diri dan antar peserta kuliah “micro teaching”.
Dapat disimpulkan bahwa model tindakan kuliah praktek mengajar “micro teaching” dengan format pengamatan yang tepat (sebagai masalah) akan terjadi refleksi pembelajaran yang positip dan bermakna sebagai peningkatan kualitas mutu kuliah “micro teaching”.
Kata kunci :
Struktur adalah susunan, 8 struktur pembelajaran ilmiah merupakan 8 langkah pembelajar an yang harus dipenuhi saat melaksakan pembelajaran perpola ilmiah.
PENDAHULUAN
Sejalan dengan visi, misi dan tujuan Universitas, maka visi, misi dan tujuan, serta strategi dan priorinitas yang dipilih oleh Program P.Fisika mengembangkan visi dan misi fakultas (FKIP) sebagai berikut:
Visi P.Fisika ialah : Menyiapkan tenaga kependidikan khususnya adalah guru P. Fisika plus (tidak hanya mampu menjadi guru) yang mampu bersaing baik di tingkat regional maupun nasional serta senantiasa berusaha meningkatkan kualitas lulusannya sehingga mampu mengantisipasi perkembangan tuntutan masyarakat dalam era globalisasi ini. Sedang salah satu misinya ialah : Menghasilkan tenaga kependidikan (guru) P.Fisika yang profesional, sebagai tenaga kependidikan (guru) Sekolah Menengah yang profesional khusus nya dalam bidang P.Fisika sehingga mampu mengantisipasi perkembangan IPTEK di era globalisasi.
Jurusan PMIPA berhasil meraih program Hibah A1 yang diikuti oleh Prodi P.Fisika, P.Matematika dan P.Kimia sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki ruang “micro teaching” dan perlengkapannya.
Kesesuaian Tujuan dan Langkah
Meskipun rerata nilai PPL tinggi ialah 3,0 belum mencerminkan kemampuan yang sesungguhnya, masih terbatas pada retorika batas kelulusan. Pencerminan kemampuan tersebut dapat dilihat secara jelas saat mahasiswa praktek mengajar di kelas ditunggu oleh dosen pembimbing, Tidak nampak struktur dan proses pembelajaran secara ilmiah; Prof Walter Klinger Phd (Erzeihungswiss Fakultat der Universitat Erlangen Nurnberg 1997) Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa hingga para siswa mampu memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut jam pelajaran harus diberi struktur dengan 8 struktur utama ialah motivasi (1), penjabaran masalah (2) ,penyusunan opini (3),perencanaan dan konstruksi (4), percobaan (5), kesimpulan (6) abstraksi (7), konsolidasi (8)
Karena program P.Fisika akan mendidik colon guru fisika di Sekolah Lanjutan yang menuntut model pembelajaran secara ilmiah maka perlu mengkaji ulang Standar Operasi Pelaksanaan (SOP) “micro teaching” yang sesuai kaidah pembelajaran ilmiah.
Sikap jujur, obyektif, tak kenal lelah dan proses urutan kerja secara sistematis, rasional dapat dipertanggung jawabkan, diuji ulang kebenarannya dengan hasil yang tetap valid dan reliabel merupakan ciri Fisika sebagai produk pengetahuan yang benar dan dapat diandalkan karena merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah. Tetapi dalam kegiatan belajar mengajar fisika proses ilmiah belum dilaksanakan secara benar, salah satu kelemahan karena dosen bukan merupakan model pelaksana metode pembelajaran yang baik.
Jamzuri (2006) dalam penelitian pembuatan Standar Operasi Pelaksanaan (SOP) “Micro Teaching” menemukan beberapa contoh kesulitan mahasiswa dalam memenuhi sturuktur pembelajaran ilmiah dan kesulitan dosen sebagai model pembelajaran pada kuliah “micro teaching” .
Contoh 1, Ketika mahasiswa diminta menarik kesimpulan dari tabel 1 :
Tabel 1. Data Pengamatan Tenggelam Terapungnya suatu Benda

No Jenis Benda Keadaan benda Di Air Kesalahan Dalam
Menarik Kesimpulan
Tenggelam Terapung
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Besi V Tenggelam terapungnya suatu benda dalam air tergantung pada
o Berat benda…………………..20 %
o Berat jenis benda…………..70 %
o Volume benda………………10 %
2 Kaca V
3 Kayu V
4 Gabus V
5 Batu V

Kesalahan mahasiswa dalam menarik kesimpulan dalam tabel 1, dapat dibenarkan dalam waktu sekitar 10 menit setelah mahahasiswa ditanya mengenai : Apakah saudara menimbang berat benda ? Apakah saudara mengukur volume benda ? Sehingga mahasiswa sadar akan kesalahannya, bahwa ia tidak menyimpulkan berdasar-kan data yang ada. Akhirnya disimpulkan secara benar bahwa Tenggelam terapungnya suatu benda dalam air tergantung pada jenis benda.
Contoh 2, ketika dosen menjelaskan metode “bermain peran” dosen tidak melaksanakan secara benar, tetapi umumnya dosen bercerita tentang metode bermain peran, bukan melaksanakan metode “bermain peran” dalam kuliahnya. Dalam melaksanakan metode demonstrasi dosen lebih berperan dalam ceramahnya. Berdasarkan contoh 1 dan 2, maka diperlukan tindakan untuk meperjelas 8 Struktur Pembelajaran Ilmiah, Aplikasi Struktur Pembelajaran Ilmiah Dalam Pembelajaran dan Aplikasi Struktur Pembelajaran Ilmiah Dalam Kuliah “Micro Teaching”
Salah satu indikator yang terkait kuat dengan keberhasilan mencetak guru fisika yang profesional adalah kegiatan”micro teaching” sebagai kesiapan mengajar di sekolah lanjutan dalam bentuk kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL).
Fokus Masalah
Ada 3 masalah yang menjadi fokus penelitian sebagai tindakan perbaikan kuliah, penentuan model pembimbingan dan evaluasi kuliah “micro teaching” di P.Fisika agar memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah : Pertama apakah tindakan yang dilakukan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ? Kedua bagaimana model pembimbingan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ? Ketiga bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah ?
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian sebagai usaha untuk menumbuh kembangkan sikap ilmiah dan menerapkan prosedur ilmiah dalam pembelajaran fisika, dengan cara meningkatkan mutu pembelajaran “micro teaching”. Sehingga akan meningkatkan kerjasama antar dosen dan dosen dengan mahasiswa dalam memecahkan masalah pembelajaran “micro teaching” sebagai persiapan mahasiswa mengikuti PPL di Sekolah Lanjutan.
KAJIAN PUSTAKA
Reflective Teaching
Prof Dr Joko Nurkamto ( FKIP UNS ) dalam pengukuhan guru besar mengemukakan pendapatnya, Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Reflective Teaching Guru merupakan ujung tombak pelaksanaan pendidikan karena gurulah yang secara langsung memimpin kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas, yang menjadi inti kegiatan pendidikan. Guru menjadi orang pertama yang bertanggung jawab atas kualitas pendidikan di sekolah.
Karena perannya yang sangat penting, guru dituntut memiliki profesionalisme yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang profesional adalah guru yang mampu: (1) merencanakan program belajar-mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin kegiatan belajar-mengajar, (3) menilai kemajuan kegiatan belajar-mengajar, dan (4) menafsirkan serta memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar-mengajar dan informasi lainnya untuk melakukan kegiatan tindak lanjut (Soedijarto, 1993). Keempat gugus kemampuan tersebut dianggap sebagai kemampuan profesional karena memerlukan cara kerja yang tidak mekanistik dan memerlukan penguasaan dasar-dasar pengetahuan yang kuat terhadap pelaksanaan pekerjaan dan cara kerja dengan dukungan cara berpikir yang kreatifdan imajinatif.
Karakteristik profesionalisme guru dituntut guru untuk secara terus menerus memikirkan secara reflektif apa yang telah, sedang, dan akan dikerjakannya di dalam kelas (Raka Joni, 1992). Inilah yang kemudian lazim dikenal sebagai pengajaran reflektif Makna pengajaran reflektif dapat disimpulkan dari pendapat John Dewey (dalam Henke, 2001: 1) yang mendefinisikan refleksi sebagai “that which involves active, persistent, and careful consideration of any belief or practice in light of the reasons that support it and the further consequences to which it leads”. Apabila diterapkan dalam pengajaran, maka diperoleh pengertian bahwa pengajaran reflektif adalah penggunaan kesempatan oleh guru dalam melaksanakan tugas secara sistematis mengeksplorasi, mempertanyakan, dan membingkai kembali praktek pengajarannya secara holistik untuk dapat membuat interpretasi secara benar berdasarkan keadaan di lapangan dan kemudian dapat menentukan pilihan yang tepat untuk memperbaiki kinerjanya.
Untuk dapat melakukan pengajaran reflektif tersebut guru perlu memiliki kesadaran akan praktek pengajarannya dan kesediaannya untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sehingga melahirkan keterbukaan (open-mindedness), keterlibatan secara penuh (hole-heartedness), dan tanggung jawab (responsibility) (Dewey, 1996).
Pengajaran reflektif memiliki empat langkah yang terkait satu sama lain, yaitu deskripsi, analisis, eksplanasi, dan refleksi. Deskripsi berarti menggambarkan peristiwa kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas sebagaimana adanya; dapat dilakukan melalui teknik rekaman videotapes, rekaman audiotapes, dan deskripsi tertulis. Analisis adalah suatu pemecahan masalah yang melibatkan guru melakukan pengujian terhadap apa yang efektif dan tidak efektif di dalam kelas. Eksplanasi menuntut guru mengkomunikasikan hasil analisis, yaitu tentang derajat keefektifan kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Dan, refleksi menuntut guru mengidentifikasi makna pribadi dari apa yang telah dikerjakannya di dalam kelas (Reiman, 1999: 1). Pengajaran reflektif bukanlah metode mengajar tetapi beyond the methods dan memiliki perspektif yang lebih holistik. Diharapkan dengan melaksanakan pengajaran reflektif ini, guru mampu meningkatkan profesionalismenya.
Struktur Pembelajaran Ilmiah
Prof Walter Klinger Phd ( Erzeihungswiss Fakultat der Universitat Erlangen Nurnberg 1997) yang pendapatnya menjadi dasar model pembelajaran IPA SEQIP (Science Education Quality Improvement Project) Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa hingga para siswa mampu memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut jam pelajaran harus diberi struktur dengan 8 struktur utama
a. Motivasi
b. Penjabaran masalah
c. Penyusunan Opini
d. Perencanaan dan konstruksi e. Percobaan
f. Kesimpulan
g. Abstraksi
h. Konsolidasi
Makna masing-masing langkah dapat sangat bervariasi. Bobot tergantung pada materi yang akan diajarkan maupun kepada situasi dan didaktik suatu kelas, dalam praktek pengajaran ada transisi terus menerus dari satu langkah ke langkah berikutnya, sehingga sulit menarik garis tegas masing-masing langkah. Kadang ada langkah yang diabaikan atau dua langkah terjadi secara bersamaan atau saling susul menyusul dengan begitu cepat sehingga sulit menarik garis pembatas yang tegas antara masing-masing langkah. Misalnya antara konstruksi dan percobaan, abstraksi percobaan dan kesimpulan, antara kesimpulan dan abstraksi. Terutama di kelas rendah, langkah-langkah “konstruksi” “kesimpulan” dan “Abstraksi” kadang dapat diabaikan sama sekali.
Tergantung pada struktur dan pengaturan materi yang diberikan, ada langkah-langkah yang berulang secara teratur, kadang dalam jangka waktu yang sangat singkat dalam satu unit pelajaran. Misalnya langkah-langkah dua sampai lima
Tetapi sebelum mampu menangani langkah-langkah di atas maupun variasinya secara mantap, sangat perlu untuk praktek menggunakan bentuk yang sederhana dulu, yang mempunyai langkah-langkah yang terpisah secara jelas, berdasarkan suatu protokol pelaksanaan pendidikan yang ditulis sebelumnya. Adapun penjelasan tiap langkah sebagai berikut :
Langkah Motivasi
Tujuan motivasi adalah menuntun siswa ke arah materi pendidikan, untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa. Maka motivasi harus sesuai dengan tujuan unit belajar, motivasi jangan sampai mendahulukan hasil; Dalam keadaan ideal, perlu berfungsi sebagai penyatu seluruh proses pendidikan yang mungkin saja melebisi satu unit pendidikan. Motivasi siswa melalui dorongan yang berulang dan terencana dengan baik, dipengaruhi oleh kepribadian guru dan latar belakang kelas, dapat dipilih dari lima katagori :
Pertama adalah motivasi Berlandaskan Lingkungan Sekeliling Siswa yang dapat berasal dari laporan pengalaman pribasi siswa, perintah atau instruksi untuk melakukan pencarian data yang berkaitan dengan ekskursi atau pekerjaan rumah, kliping koran surat kabar atau alat komunikasi lain serta masalah yang berasal dari ruang lingkup perhatian siswa.
Kedua motivasi Berlandaskan pada Kegiatan Guru, yang dapat beralal dari kemampuan guru mengemas konflik kognitif, yang berkaitan dengan materi, untuk menjelaskan masalah yang saling bertentangan melalui kegiatan ekskursi kelas, gambar, film pendidikan, buku, tabel dan diagram, cerita, deskripsi atau kunjungan ke musium
Ketiga motivasi Berlandaskan Pesentasi Peristiwa Sejarah, dapat dilakukan dengan jalam menunjukkan cerita sejarah misal dibidang IPA mengenai penemuan tentang kemagnetan dari “Orsted” atau berita ilmiah tentang penemuan sinar X pada zaman dulu
Keempat motivasi Berlandaskan Peralatan Teknik Yang berfungsi, dapat dilakukan oleh guru dengan menunjukkan perlatan. Misal bel listrik, lembaran bimetal, termometer, dinamo sepeda kemudian guru menanyakan bagaimana kerja peralatan tersebut.
Kelima motivasi Berlandaskan Ingatan Kembali Peristiwa Sebelumnya, kegiatan guru yang paling efektif kalau motivasi pembelajaran mengandung komponen “emosional” yang kuat, ialah kalau mengandung aspek mengejutkan, misterius, estetika atau persaingan atau berasal dari lingkungan sekeliling siswa. Tetapi yang paling penting motivasi yang diberikan harus sesuai dengan usia siswa
Langkah Penjabaran Masalah
Tujuan dalam merumuskan masalah secara jelas untuk menjalani langkah berikutnya, peluang menciptakan masalah atau menyadarkan masalah secara seragam terhadap suatu masalah dapat merupakan :
Pertama kenyataan yang dialami, semua siswa suatu kelas mengalami suatu situasi nyata bersama. Misal hasil kunjungan suatu kelas untuk mengamati sesuatu kejadian pembuatan kontruksi bangunan, kehidupan ikan, keadaan alam
Kedua kenyataan yang direproduksi atau disediakan, yang dapat dilakukan dengan cara demonstrasi fenomena alam. Misal dengan bantuan KIT percobaan, presentasi peralatan listrik pemainan, mineral atau produk kimia.
Ketiga dapat menyadarkan adanya masalah, sebagai salah satu tuntutan utama pengajaran ilmu pengetahuan agar obyek-obyek yang akan di bahas dapat ditampilkan secara nyata. “kenyataan” harus selalu menjadi tuntutan sebagai proses pengetahuan ilmiah yang berlangsung secara akurat bukan sekedar melihat-lihat saja. Untuk mencetuskan kegiatan yang secara metodologis diperlukan deduksi hipotesis pada langkah berikutnya; Sehingga perlu dipisahkan antara obyek dan subyek, semacam proses pematangan yang akan menghasilkan kesadaran “disini” ada sesuatu yang masih dipertanyakan, “disini” ada sesuatu yang dapat diamati. Maka siswa telah sadar adanya masalah yang perlu diamati. Guru harus “merencanakan masalah” pada perencanaan unit pelajaran. Meskipun pada saat pelajaran berlangsung guru “membiarkan perumusan masalah terjadi”
Kesulitan merumuskan masalah pada siswa kelas rendah antara lain : Jarang mampu membahas fenomena alam secara rasional dan obyektif, atau sering mengabaikan efek-efek yang penting dan lebih memperhatikan fakta-fakta dan ciri yang tidak penting dan secara tidak sengaja, para siswa memproyeksikan pengalaman lain dalam deskripsi penghamatan meraka sesungguhnya dan kadang sulit meyakinkan bahwa pengalaman tersebut tidak sah disebabkan kemampuan siswa untuk menilai besaran sangat terbatas atau kesulitan menyebutkan istilah teknis, kosa kata terbatas, bahkan tidak mempunyai konsep behasa sehari hari, apalagi istilah teknis yang diperlukan. Maka pengajaran bahasa menjadi penting dalam penjabaran masalah agar dapat diverbalkan observasi, opini dan hasil secara tepat.
Bahaya penilaian masalah yang terburu-buru, ialah melompat hingga mencapai kesimpulan sebelum masalah dikenali secara tepat. Kelas tiba-tiba merumuskan hipotesis tanpa sebelumnya merumuskan masalah. Guru harus secara konsekuen berkali kali kembali pada masalahnya dan melanjutkan kelangkah berikutnya kalau pertanyaan ilmiahnya sudah tertera di papan tulis.
Penyusunan Opini-Opini atau Hipotesis
Bentuk pertanyaan ilmiah yang dirumuskan secara jelas mirip teka-teki, karena menuntut jawaban teka-teki siswa berusaha mencari keterangan dan intepretasi yang mungkin. Akhirnya mereka berhipotesa yang bagi mereka mewakili solusi masalah yang diterima. Siswa berpikir secara deduktif, sehingga metode deduktif diberlakukan dalam menyusun opini. Pada saat merumuskan masalah perlu bantuan guru, Sebaliknya pada saat menyusun opini kemampuan siswa berkembang cepat dalam upaya untuk mengekpresikan opini, para siswa berkesempatan membebaskan daya khayal, keatifitas, daya pikir dan intuisi untuk menciptakan ruang bebas berpikir, siswa dapat berkembang dan merumuskan pemikirannya. Sebaiknya dilakukan diskusi kelompok kecil, mengabaikan Kegiatan mandiri, karena perumusan hipotesis berkaitan dengan menerima atau menolak gagasan yang akan lebih mudah dalam bentuk interaksi dua siswa atau lebih.
Perumusan hipotesis dalam kelompok kecil biasanya lebih bermakna karena menghasilkan hipotesa yang berbeda-beda, maka menjadi sangat penting agar hipotesis dari semua kelompok dideskusikan bersama, dicermati secara kritis; Kesulitan yang muncul adanya sikap kaku menferbalkan fakta maupun istilah teknis, akan terjadi bila ada siswa dapat menjawab secara tepat, guru tidak perlu takut, karena menurut ilmu pengetahuan masih perlu diuji oleh suatu percobaan
Perencanaan Dan Konstruksi
Perencanaan dan kontruksi bertujuan untuk mengkontruksikan perangkat percobaan yang memungkinkan verifikasi atau mengolah hipotesis dan penentuan saling kait antar parameter yang relevan. Siswa diajak mengenal ubahan, maka tidak boleh mengatakan ” percobaan berikut akan menjawab pertanyaan tersebut” Juga tidak boleh “mari kita lakukan demostrasi ” Sadarkan siswa akan cara-cara menemukan jawaban masalah bukan hanya sekedar menjalankan peralatan laboratorium. Jalan dari hipotesis kepada rangkaian peralatan percobaan cukup rumit. Diperlukan kemampuan mencipta, sabar dan merangkai alat dan bahan menjadi berfungsi. Maka harus dikembangkan strategi percobaan, metode yang membawa kepada tujuan menyusuri suatu percobaan berkelanjutan yang menyebabkan jawaban ilmiah.
Keterbatasan anak untuk berpikir secara logis fungsional, kombinasi teknis, kekuatan imajinasi teknis obyektif maupun mengimplementasikan peralatan dari dua dimensi menjadi tiga demensi sangat diperlukan pada saat sistem pengukuran ditentukan, Tetapi sejak awal kemampuan anak harus dikembangkan. Mulailah dengan peralatan praktis atau bahan-bahan yang ramah lingkungan untuk merakit percobaan, serta gunakan istilah teknis yang tepat, istilah yang sulit ditulis dekat komponen yang bersangkutan; Fungsi dan tujuan masing-masing komponen perlu dijelaskan, alat ukur harus dibahas secara mendalam penggunaannya, konstruksi percobaan jangan dilakukan secara abstrak, tetapi dilakukan melalui “trial and error” menggunakan komponen yang reel dipakai percobaan, tetapi belakangan harus makin terpisah.
Tuliskan deskrepsi singkat percobaan yang akan dilakukan dan gambarkan sketsa percobaan pada papan tulis atau lembar kerja sehingga menjadi bagian dari langkah perencanaan, Pada awalnya peralatan digambar secara perspektif dan berangsur angsur menjadi potongan gambar lalu digambar sketsa abstrak yang menggunakan simbul simbul standar. Misal batu baterei digambar secara nyata kemudian menjadi simbul abtraknya dan lakukan kerja kelompok unuk kemudian diangkat menjadi diskusi kelas sebagai pendorong pemikiran kreatif dan konstruktik dan membangun kerja sama yang saling menguntungkan.
Percobaan
Langkah percobaan merupakan titik perhatian utama pengajaran fisika dan kimia. Jawaban pertanyaan ilmiah ditentukan oleh langkah percobaaan siswa dan percobaan demonstrasi guru, Pengalaman percobaan hanya diperoleh jika melakukan sendiri, sebaiknya menggunakan percobaan siswa untuk mengamati, mengoperasikan menjalankan peralatan, membaca meter, mencatat data hasil pengamatan.
Kasus percobaan yang dapat dikembangkan dengan cara siswa melakukan percobaan yang sama dengan masalah yang sama, atau kasus percobaan kelompok siswa melakukan percobaan yang berlainan dengan masalah dan hipoteisis yang berlainan pula. Tetapi baik kasus percobaan sendiri atau kelompok semua harus mempresentasikan kepada seluruh kelas.
Langkah langkah percobaan yang perlu diperhatikan ialah merakit peralatan percobaan sesuai dengan sketsa perencanaan dari dua dimensi (simbul) menjadi tiga demensi (benda riel) untuk disetel menjadi rangkaian percobaan yang bermakna dalam menentukan ubahan independen, dependen dan kontrol. Selanjutnya menentukan pencatatan data pengamatan, dalam tabel, papan tulis atau buku sesuai pelaksanaan urutan percobaan sesui langkah percobaan dan pelulangan percobaan yang diperlukan sebagai pemantapan untuk menentukan akurasi hasil percobaan, terutama kalau terjadi sesuatu diluar sudut pandang hipotesis. Hasil perulangan jangan sampai mengaburkan hipotesis serta mengembalikan alat secara aman pada tempat penyimpanan yang tepat dan benar
Kesimpulan
Langkah percobaan, kesimpulan dan abstraksi berkaitan sangat erat seringkali langkah tersebut tidak jelas, sehingga “kepustakaan” menganggap langkah ini sebagai kesatuan, merupakan langkah pemrosesan hasil, tetapi agar mampu membedakan dalam pengajaran langkah tersebut dibahas secara terpisah. Hasil percobaan biasanya masih belum merupakan temuan ilmiah sesuai dengan makna ilmiah, hanya dari suatu generalisasi abtraksi dari hasil percobaan akan membawa hasil pengetahuan ilmiah
Kesimpulan yang benar dari hasil-hasil percobaan tergantung pada masalah, hipotesis yang diajukan dan metode percobaan yang dipergunakan, perlu disadari bahwa kebanyakan nilai ubahan yang terukur diindikasikan oleh pergerakan suatu alat ukur. Misal Observasi : jarum ampermeter menyimpang, sehingga disimpulkan bahwa arus mengalir dalam rangkaian.
Hirarki penarikan kesimpulan di pandang dari sudut generalisasi data atau fakta dari hasil percobaan dapat merupakan : (1) Pernyataan rangkuman sederhana sebagai kesimpulan dari banyak fakta yang relevan ditarik secara induktip, misal semua logam menghantarkan arus listrik, maka kawat besi termasuk logam dapat menghantarkan menghantar arus listrik. (2) Kesimpulan perbandingan jika siswa mengamati perubahan percobaan berdasarkan kontrol ubahan tertentu. Misal “Air panas dalam panci naik dari bawah ke atas” kesimpulan air panas lebih ringan dari air dingin. (3) Kesimpulan penyebab dengan rumus yang disusun berdasarkan :”Kalau …..maka “misal Kalau batang logam dipanaskan maka panjang batang akan bertambah panjang. Jika kesimpulan dibimbing ketingkatamn yang lebih tinggi akan menjadi (4) Kesimpulan verbal kuantitatip yang lebih operasional, misal kalau jarak diperpanjang n kali maka gaya tariknya akan bertambah n kali. Selanjutnya jika dibimbing ke tingkatan yang lebih tinggi akan membuahkan generalisasi yang lebih abstrak yang berupa (5) Kesimpulan rumus secara verbal matematis yang dapat ditarik berdasarkan grafik pengamatan hubungan antar ubahan. Misal verbal matematika kecepatan sebagai ubahan jarak dibagi ubahan waktu ( V = S/t )
Abstraksi :
Tujuan abstraksi, pelepasan dari kasus mandiri ke kasus umum, sedang pengertian abstraksi adalah perumusan pengetahuan terperinci tertentu yang diperoleh melalui kasus khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai syarat-syarat yang berlaku umum. Dalam fisika hubungan antar konsep dijalin dalam bentuk matematik, yang akhirnya membawa pada versi matematika sebagai hukum dan teori alam yang dapat digunakan untuk melakukan deduksi pertanyaan-pertanyaan kuantitatif untuk suatu kasus khusus.
Misal : Tenggelam terapungnya benda dalam zat cair tergantung pada perbandingan masa jenis benda dengan zat cair, merupakan abtraksi dari hasil kesimpulan tenggelam terapungnya suatu benda tergantung pada jenis dan bentuk benda; Kemudian dikaji ulang dengan cara menimbang dan mengukur volume benda yang secara verbal matematis dirumuskan menjadi lebih abstrak dan general tenggelam terapunya suatu benda tergantung dari perbandingan massa dan volume benda atau dinyatakan dalam bentuk ρ = m/V
Konsolidasi Pengetahuan Melalui Aplikasi Dan Praktek
Tujuan konsolidasi agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru diperoleh untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu ke stusktur pengetahuan siswa yang sudah ada. Tidak cukup hanya memahami fakta, harus dipraktekkan, dihapalkan dan ditransfer ke kasus lain. Misal diberi tugas untuk mengamati kasus percobaan atau fenomena yang hampir serupa atau bahkan mungkin tidak mirip sama sekali jika tdak dcermati.
Inquary Model

Gambar 1. Loop data teori
Tugas guru dalam pembelajaran dalam pembelajaran fisika dituntut untuk merancang eksperimen sehingga diper- oleh data sebagai pendukung teori yang disampaikan.
Atau dari teori yang disampaikan harus dapat disimulasikan mencadi petunjuk percobaan sehingga diperoleh data pendukungnya.
Teori dan data sebagai modal diskusi saat pembelajaran berpola ilmiah.
Keterampilan “Micro Teaching”
Tujuan “micro teaching” adalah untuk memberi keterampilan mengajar dan mempersiapkan mahasiswa mengajar di lapangan pada kuliah PPL. Drs R. Widodo (2002) merangkum panduan materi Pengajaran Mikro (“Micro Teaching”) yang diterbitkan oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta, mensarikan 8 keterampilan pengajaran mikro :
a. Keterampilan Bertanya
b. Keterampilan Memberi Penguatan
c. Keterampilan Menjelaskan
d. Keterampilan Mengadakan Variasi e. Keterampilan Membuka Pelajaran
f. Keterampilan Menutup Pelajaran
g. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil
h. Keterampilan Mengajar Mengelola kelas
Keterangan lebih rinci mengenai ke delapan keterampilan adalah sebagai berikut :
Keterampilan Bertanya
Pertanyaan diajukan oleh guru agar siswa belajar dan meningkatkan kemampu an berpikir. Dalam proses belajar mengajar setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntuk siswa meningkatkan kemampuan berfikir, memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar berinisiatip sendiri digolongkan dalam keterampilan bertanya.
Keterampilan Memberi Penguatan
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan memberi penghargaan, persetujuan atas jawaban siswa atau sebaliknya dapat digolongkan dalam keterampilan memberi penguatan. Bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa, menjaga dan membangkitkan motivasi, memudahkan belajar serta mengontrol tingkah laku siswa agar menjadi positip serta yakin bahwa semua jawaban mendapat respon positip dari gurunya.
Keterampilan Menjelaskan
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan menyajikan informasi lisan atau tertulis secara sistematis bertujuan untuk menunjukkan hubungan sebab akibat dapat digolongkan dalam keterampilan menjelaskan. Tujuan memberi penjelasan untuk memberi pemahaman, menolong dan mendapatkan logika siswa yang benar dari masalah yang dihadapi oleh siswa, sehingga pengertian siswa tidak mengambang tetapi menjadi tegas dan jelas sebagai suatu pengertian konsep yang utuh berkesinambungan.
Keterampilan Mengadakan Variasi
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan memberi perubahan dalam pembelajaran dapat digolongkan dalam keterampilan mengadakan Variasi, Variasi memuat aspek keterampilan lain, bertujuan untuk meningkatkan minat belajar, memberi kesempatan berkembangkanya bakat siswa, memperoleh cara lain agar siswa lebih memahami masalah serta lebih meningkatkan kadar cara belajar siswa aktif dalam menemukan konsep yang dipelajari secara benar meyakinkan.
Keterampilan Membuka Pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada kegiatan belajarnya. Siswa menjadi ingin tahu dan tanggap pada materi pelajaran yang akan disajikan oleh guru, sehingga suasana belajar menjadi hidup, responsip terhadap perintah guru; Keberhasilan membuka pelajaran ditandai dengan tidak canggungnya siswa untuk bertindak positip mengikuti kegiatan guru yang menunjang keberhasilan pembelajaran.
Keterampilan Menutup Pelajaran
Maksud keterampilan menutup pelajaran adalah aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran, digunakan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajarinya. Ketrampilan menutup pelajaran berkaitan dengan keterampilan membuka pelajaran.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip bermakna dan berurutan yang berkesinaambungan. Bermakna dalam arti guru hendaknya memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran. Sedang berurutan yang bersinambungan menuntut aktivitas guru dalam menjelaskan, me-rangkum kembali pokok-pokok pelajaran hendaknya merupakan kesatuan yang utuh dengan susunan yang tepat, berhubungan dengan minat siswa dan berkaitan secara erat dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil
Percakapan dalam kelompok hanya dapat dikatakan diskusi bila memenuhi syarat bila melibatkan individu dalam kelompok yang berlangsung dalam bentuk kegiatan tatap muka sehingga tiap individu dalam kelompok dapat melihat, mendengar serta berkomunikasi secara bebas dan langsung; Sehingga terjadi kerjasama untuk saling mengisi dalam mencapai tujuan secara sistematis, menuju satu kesimpulan. Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka sehingga dapat berkomunikasi secara bebas secara sistematis untuk memecahkan masalah dan menarik satu kesimpulan.
Keterampilan Mengajar Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas dimaksukan sebagai keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, mengantisipasi gangguan dalam proses belajar agar tidak menjadi gangguan yang berkelanjutan. Prinsip penggunaan keterampilan mengelola kelas adalah : Kehangatan dan keantusiasan antara guru dan siswa dalam memecahkan “tantangan” dalam arti sebagai usaha yang dapat meningkatkan gairah siswa belajar dan selalu memperhatikan kegiatan guru. Menggunakan Variasi yang inovatif agar siswa tidak jenuh menerima pelajaran yang disampaikan secara luwes dalam bentuk tingkah laku guru sehingga akan mecegah gangguan pembelajaran.

Keterkaitan Reflektive Teaching, Struktur Pembelajaran Ilmiah dan Keterampilan “Micro Teaching”
Jamzuri (2006) penelitian pembuatan SOP kuliah “micro Teaching”, menunjukkan keterkaian Struktur Pembelajaran Ilmiah dan “Micro Teaching” yang dapat terkait secara parsial atau integral, sedang keterkaitan tersebut selalu dapat dikaitkan dengan”reflective teaching” dalam arti setiap langkah harus direfleksikan agar selalu terarah mencapai tujuan pembelajaran (gambar 2). Secara parsial, bermakna bahwa setiap pembelajaran dapat dilatihkan satu atau lebih bagian dari 8 struktur pembelajaran ilmiah, misal hanya mengambil struktur merumuskan masalah dari penggalan materi pelajaran secara utuh, dilaksanakan selama 20 menit. Tetapi bila dilaksanakan secara integral, maka pembelajaran dilatihkan secara utuh dari 8 struktur pembelajaran ilmiah dilaksanakan dalam waktu 45 menit sampai 80 menit.
Contoh 1. pelaksanaan secara parsial dalam waktu 20 menit pada kuliah ‘‘micro teaching” ialah ketika guru (mahasiswa) diminta menjawab rumusan : Apakah lensa itu ? dengan cara mencirikan lensa pada teman sebaya bahwa lensa mempunyai sifat : benda bening, ketebalan pada bagian tengah dan tepi tidak sama.
Contoh 2. pelaksanaan secara integral dalam waktu 60 menit pada kuliah ‘‘micro teaching” ialah ketika guru (mahasiswa) diminta menjabarkan hubungan antara jarak bayangan, jarak benda dan jarak focus lensa.

Gambar 2. Keterkaian Struktur Pembelajaran Ilmiah dan “Micro Teaching”
Pada contoh 1 : Hanya dipilih salah satu unsur struktur pembelajaran menjawab rumusan masalah saja, sedang keterampilan ‘‘micro teaching” dapat menggunakan keterapilan bertanya, memberi penguatan, menjelaskan saja atau bahkan ke 8 keterampil an dapat digunakannya.
Pada contoh 2 : Menggunakan 8 struktur pembelajaran ilmiah dari memberi motivasi sampai konsolidasi, sedang keterampilan ‘‘micro teaching” memerlukan seluruh keterampilan dari bertanya sampai mengelola kelas.
Gambar 3. Peran Refleksi Mahasiswa Saat Praktek Mengajar “Micro Teaching”

Gambar 3; Pada saat salah satu mahasiswa praktek mengajar dalam kuliah “micro teaching” mahasiswa lainnya melaksanakan pengamatan, yang pada giliranya akan melaksanakan praktek mengajar pula. Kegiatan berulang 3 sampai 4 kali praktek akan, maka akan terjadi putar gilir peran mahasiswa sebagai “guru” dan atau sebagai “pengamat” refleksi mahasiswa secara keseluruhan akan saling menerima dan memberi pengalaman mengajar.

Langkah Penyelesaian Masalah
Masalah pertama : Apakah tindakan yang dilakukan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ? Untuk menjawab masalah pertama dilakukan tindakan persiapan berupa : Pelatihan dosen model sebagai pembimbing praktek oleh konsultan dan membentuk kelompok yang terdiri dari 3 s/d mahasiswa dipimpin oleh 1 pembimbing
Masalah kedua : Bagaimana model pembimbingan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ? Untuk menjawab masalah kedua dilakukan tindakan berupa : Dosen model memberi contoh model pembelajaran dengan struktur pembelajaran ilmiah. Kemudian dilakukan model refleksi 1 mahasiswa praktek mengajar, 3 mahasiswa sebagai pengamat, sedang pembimbing mengevaluasi refleksi terhadap praktek mengajar mahasiswa dalam “micro Teaching”.
Masalah ketiga : Bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah ? Untuk menjawab masalah ketiga dilakukan tindakan berupa : Menyusun Format pengamatan pembelajaran ilmiah dan petunjuk pengisian format pembelajaran ilmiah, seperti pada tabel 2 dan 3 berikut :
Tabel 2. Format Lembar Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) :
1. Rencana Pembelajaran :
a Rencana pembelajaran sesuai hasil konsultasi ya tidak
b Sesuai dengan GBPP ya tidak

2. Penggunaan Waktu Oleh guru
a Alokasi Waktu cukup ya tidak
b Waktu dihabiskan sia-sia oleh guru ya tidak
c Waktu digunakan sesuai rencana ya tidak

3. Pelaksanaan Keguiatan Mengajar
a Dalam suasana yang menyenangkan ya tidak
b Menyebabkan siswa tertekan selalu sering jarang tidak
c Memberi perhatian pada siswa semua banyak sedikit tidak

4. Mengikuti Aturan Pembelajaran
a 1. Motivasi siswa dengan bercerita S.Baik baik kurang tidak
2. Motivasi siswa dengan fenomena S.Baik baik kurang tidak
3. Motivasi siswa dengan eksperimen S.Baik baik kurang tidak
b Menggali kemampuan awal siswa S.Baik baik kurang tidak
c Mengarahkan perhatian pd pokok masalah S.Baik baik kurang tidak
d Membimbing siswa melakukan pengamatan S.Baik baik kurang tidak
e Membimbing siswa mengumpulkan data S.Baik baik kurang tidak

5. Guru Mengevaluasi hasil belajar
a Sesuai tujuan pembelajaran S.Baik baik kurang tidak
b Memberikan pekerjaan rumah
6. Penggunaan Papan tulis
a Mengikuti urutan logis S.Baik baik kurang tidak
b Tulisan dan gambar mudah dibaca S.Baik baik kurang tidak

7. Penggunaan KIT IPA
a Menggunakan komponen KIT yang cocok selalu sering jarang tidak
b Merangkai alat eksperimen s efisien efisien kurang tidak
c Membimbing siswa merakit alat eksperimen S Baik baik kurang tidak
d Membimbing siswa melakukan eksperimen S Baik baik kurang tidak
e Mengembalikan alat ketempat secara teratur semua Banyak sedikit tidak

8. Penggunaan Alat Bantu Belajar Mengajar
a Penggunaan alat/bahan lain yang relevan ya tidak
b Penggunaan buku IPA yang lain ya tidak

9. Interaksi Selama Pelajaran
a Guru mengajukan pertanyaan yang relevan S.Baik baik kurang tidak
b Guru menggunakan pertanyaan yg bervariasi sering kadang Jarang tidak
c Guru memberikan penguatan yang positif sering kadang Jarang tidak
d Guru memberi umpan balik thd kesalahan sering kadang Jarang tidak

10. Metode Mengajar
a Berpusat pada siswa sering kadang Jarang tidak
b Guru memberikan tugas untuk sisw sering kadang Jarang tidak
c Guru merangsang interaksi di antara siswa sering kadang Jarang tidak

11. Penjelasan Guru :
a Menggunakan bahasa yg jelas dan sederhana selalu kadang Jarang tidak
b Menggunakan contog yang relevan selalu kadang Jarang tidak

12. Jawaban Siswa :
a Seluruh siswa menjawab secara bersama sering kadang Jarang tidak
b Siswa melengkapi kalimat sering kadang Jarang Tidak
c Siswa melengkapi satu suku kata sering kadang Jarang Tidak

13. Pergetahuan Ipa Guru :
a Sesuai dengan perkembangan ilmu mutakhir semua banyak sedikit tidak
b Mengandung miskonsepsi banyak Bbrp sedikit tidak
c Dpt meghubungkan konsep dg konsep lain sering kadang jarang tidak

14. Tingkah Laku Guru :
a Antusias selalu sering Jarang tidak
b Suara jelas tidak monoton selalu sering Jarang tidak
c Penampilan Sangat senang Menye nangkan kurang tidak

Tabel 3. Panduan Pengisian Format Pengamatan Pembelajaran Fisika Di Kelas
1. Rencana Pembelajaran :
a. Tanyakan apakah pelajaran dipersiapkan sesuai hasil konsultasi
b. Tanyakan apakah persiapan guru sesuai dengan GBPP

2. Penggunaan Waktu Oleh Guru :
a. Amati kriteria tertentu, misal pelajaran tidak selesai atau kriteria lain yang menunjuk kan waktu yang disediakan cukup atau kurang
b. Jawab YA jika guru membicarakan hal-hal yang tidak penting dan tidak relevan
c. Jawab YA jika pelajaran tepat waktu dan sesuai tujuan

3. Pelaksanaan Kegiatan Mengajar :
a. Jawab YA jika interaksi guru dan siswa dalam kelas menyenangkan; Misalnya berindikasi bahwa guru tidak mengabaikan pendapat anak, memberi penghargaan pada pendapat anak dan selingan humor yang sehat
b. Amati apakah guru menyuruh anak cepat menjawab pertanyaan, selalu membandingkan prestasi anak, mengolok atau tindakan lain sehingga anak menjadi cemas tidak aman dan sebagainya
c. Amati perilaku guru mengenai pembagian giliran menyelesaikan pertanyaan atau tugas pada siswa, apakah hanya siswa tertentu atau seluruh siswa

4. Mengikuti Aturan Pembelajara :
a. 1/2/3 pilih salah satu cara guru memberi motivasi siswa yang paling dominan Ialah (1) bercerita (2) Fenomena (3) Ekperimen
b. Perhatikan, apakah guru menggunakan pengetahuan awal siswa untuk memulai dan mengembangkan pembelajarannya
c. Amati, apakah guru selalu mengarahkan siswa pada masalah pokok ? Misal dengan demostrasi, eksperimen atau membawa sesuatu yang dibawa guru dalam kelas selalu dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa mengikuti pelajaran.
d. Amati, apakah guru membimbing siswa mengamati semua aspek yang relevan dan berusaha melibatkan semua siswa melakukan pengamatan yang relevan
e. Amati, apakah guru membimbing siswa merekam data hasil pengamatan yang relevan, lengkap; Misal mengisi tabel, membuat gambar, menggolongkan dsb.

5. Guru mengevaluasi Hasil Belajar :
a. Amati, apakah evaluasi/assesmen yang dilakukan guru sesuai tujuan
b. Amati, apakah guru memberi tugas rumah yang relevan dan menarik pada siswa

6. Penggunaan Papan Tulis :
a. Amati, apakah guru menggunakan papan tulis secara efisien, ialah tertulis informasi teratur, runut sesuai urutan yang logis untuk dapat dicatat oleh siswa
b. Amati, apakah tulisan guru di papan tulis dapat terbaca, menarik dan bermakna.
7. Penggunaan KIT / Peralatan Laboratorium :
a. Amati, apakah guru selalu menggunakan komponen KIT yang cocok.
b. Amati, apakah guru dapat merangkai alat secara cepat,benar atau lambat, salah.
c. Amati, apakah guru membimbing siswa merangkai alat eksperimen. Misal menunjuk kan cara, kemudian menyuruh atau menuntun siswa melakukan sendiri.
d. Amati, apakah guru membimbing siswa melakukan eksperimen dengan benar,
e. Amati, apakah guru mengembalikan semua peralatan ke tempat secara benar,

8. Penggunaan Alat bantu belajar mengajar :
a. Amati, apakah guru menggunakan alat yang relevan dengan eksperimen.
b. Amati, apakah guru menggunakan sumber lain selain Buku Fisika, misal koran.

9. Interaksi Selama Pelajaran :
a. Perkirakan berapa kali guru mengajukan pertanyaan yang relevan. Apakah pertanyaan menstimulasi anak untuk berpikir dan tidak hanya pertanyaan ingatan.
b. Amati, apakah guru hanya menggunakan satu macam atau beberapa pertanyaan yang berupa menggali, menuntun, menegaskan dan sebagainya.
c. Amati, apakah guru memberi penguatan, misal dengan memberi pujian
d. Amati, apakah guru memberi umpan balik terhadap kesalahan siswa,

10. Metode mengajar :
a. Amati, apakah guru memberi aktivitas kepada siswa untuk menemukan sendiri
b. Amati, apakah guru memberi tugas pada siswa.
c. Amati, apakah guru merangsang siswa untuk berinteraksi selama pembelajaran

11. Penjelasan Guru :
a. Amati, apakah guru menggunakan bahasa jelas, sederhana mudah dimengerti
b. Amati, apakah penjelasan guru relevan terhadap contoh/data yang ada

12. Jawaban Siswa :
a. Amati, berapa banyak perilaku siswa menjawab secara bersama.
b. Amati, berapa banyak jawaban siswa yang hanya melengkapi kalimat guru.
c. Amati, berapa banyak jawaban siswa yang hanya melengkapi satu kata guru

13. Pengetahuan Guru :
a. Amati, apakah guru memiliki informasi materi pembelajaran yang lengkap.
b. Amati, apakah guru memberi informasi yang miskonsepsi.
c. Amati, apakah guru dapat menghubungkan konsep dengan konsep lain.
14. Tingkah laku Guru :
a. Amati, apakah guru antusias dalam mengajar.
b. Amati, apakah suara guru jelas dan tidak monoton.
c. Amati, apakah penampilan guru rapi, berkomunikasi dsb

METODOLOGI PENELITIAN
Tahap Persiapan.
Diadakan Pelatihan dosen model dalam bentuk sistem pelatihan berjenjang ialah dengan memilih 1 dosen tutor sebagai “konsultan”, melatih dosen lain untuk melaksanakan model pembelajaran dengan 8 struktur pembelajaran ilmiah. Materi pelatihan adalah 8 struktur pembelajaran ilmiah dan cara mengevaluasi kegiatan belajar mengajar menggunakan format pengamatan pembelajaran tabel 2.
Setelah “konsultan” sebagai guru model melaksanakan praktek mengajar selama 60 menit dosen sebagai peserta melaksanakan penilaian menggunakan format pengamatan pembelajaran, maka akan terjadi diskusi antara “konsultan” dan Dosen, untuk menyamakan persepsi penggunaan format pengamatan pembelajaran dan 8 struktur pembelajaran yang dilaksanakan oleh “konsultan” saat menjadi guru model.
Memilih “pembimbing” dari dosen lain sebagai dosen model pada kuliah “micro teaching”. Langkah persiapan dilakukan secara saksama dan jika belum memuaskan dikaji ulang setiap langkahnya.
Tahap Pembentukan 3 s/d 4 Kelompok Setiap Angkatan
Setiap “pembimbing” membimbing 3 sampai 4 mahasiswa, untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 3 “pembimbing” dengan 1 koordinator.
Kelompok melaksanakan kuliah umum dengan materi seperti langkah yang dilakukan oleh “konsultan”. “Pembimbing” dan mahasiswa merencanakan materi pembelajaran “micro teaching” dengan 8 struktur pembelajaran ilmiah. Dilanjutkan pada tiap kelompok untuk melaksanakan kegiatan “micro teaching” dengan 1 mahasiswa sebagai guru dan 11 mahasiswa sebagai murid. Hasil konsultasi Pelaksanaan “micro teaching” dilaksanakan 3 kali maju dalam waktu 20 menit, sedang Pembimbing”dan mahasiswa menilai pelaksanaan “micro teaching” yang dilaksanakan dengan format pengamatan pembelajaran Fisika masing-masing selama 10 menit.
Ukuran Keberhasilan / Penilaian
Disusun panduan kegiatan “micro teaching” di P.Fisika yang memenuhi 8 struktur pembelajaran ilmiah yang disepakati sebagai model persiapan mengajar dengan 8 struktur pembelajaran ilmiah (gambar 2 dan gambar 3), pelaksanaan model pembelajaran dievaluasi berdasarkan Format Pengamatan Pembelajaran Fisika tabel 2 dan tabel 3
Cara menilai kegiatan praktek “micro teaching”
Setelah mahasiswa praktek “micro teaching”dilakukan penilaian menggunakan format pembelajaran tabel 2 dan tabel 3 dengan urutan : Praktikan melakukan evaluasi diri. (2 menit), kemudian 3 Mahasiswa memberi komentar pelaksanaan praktek”micro teaching” berdasarkan format penilaian yang dibagikan, masing-masing (2 menit); Mahasiswa ke 1 mengamati kegiatan pada tabel 2 nomor 1 sampai nomor 5 , mahasiswa ke 2 mengamati kegiatan pada tabel 2 nomor 6 sampai nomor 10, mahasiswa ke 3 mengamati kegiatan pada tabel 2 nomor 11 sampai nomor 14 sedang pembimbing memberi komentar pelaksanaan pengajaran micro berdasarkan format penilaian tabel 2 nomor 1 sampai 14 (5 menit); Nilai dikumpulkan oleh Koordinator jika perlu memberi komentar. (5 menit)
Berita Acara Perkuliahan
Pembimbing kelompok menentukan materi pembelajaran micro teaching”. Setelah mendapat judul praktek antar mahasiswa berdiskusi mengenai skenario pembelajaran yang dilatihkan dalam kontrak dan menentukan urutan maju “micro teaching”, Mahasiswa mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan menyerahkan rencana pembelajaran pada dosen pembimbing dalam kelompok sebanyak 3 bendel diikuti oleh Pembimbing memberikan Format Pengamatan Pembelajaran Fisika. Maka mulai melaksanakan kegiatan pembelajaran “micro teaching” (20 menit).
Siklus Tindakan Yang Dilakukan
Tabel 4. Siklus Persiapan Kuliahan “Micro Teaching”
Kegiatan Tugas / Pengalaman Yang Diperoleh
1. Tahap Persiapan
Terjadi interaksi secara aktif antara konsultan dan Pembimbing

1. Memilih Konsultan
Dosen berpengalaman telah mengikuti pelatihan dan menjadi konsultan SEQIP 1. Melatih dosen sebagai pembimbing
2. Sebagai guru model
3. Menjelaskan 8 Struktur pembelajaran
4. Menjelaskan cara menilai
5. Menjadi koordinator “Micro teaching”
1. Memilih Pembimbing
Dosen yang telah mengikuti pelatihan “micro teaching” dari konsultan 1. Mengikuti pelatihanpembimbingan.
2. Berdiskusi / menyamakan persepsi 8 struktur pembelajaran ilmiah.
3. Latihan menggunakan format tabel 2
4. Menjadi model yang tampil sebagai contoh guru di depan mahasiswa peserta kuliah
5. Membimbing mahasiswa peserta kuliah “micro teaching”

2. Tahap Pembentukan kelompok
Terjadi interaksi antara Pembimbing -mahasiswa dalam memahami struktur pembelajaran Memilih Koordinator
Dosen yang telah meng-ikuti pelatihan “micro teaching” dari konsultan 1. Memimpin kelompok “micro teaching”
2. Mengumpulkan format penilaian
3. Memberi saran perbaikan pembelajaran yang telah berlangsung
4. Memimpin diskusi dalam kelompok
Pembimbingan
Proses pembimbingan 3 s/d 4 mahasiswa pada pembimbing 1. Penentuan materi pelajaran pada latihan “micro teaching” dengan 8 struktur pembelajaran ilmiah.
2. Kontrak pelaksanaan perkuliahan “micro teaching”
Kuliah perdana
Koordinator berperan sbg guru model contoh pem -belajaran yang dilaksana -kan dalam kelompoknya 12 s/d 15 mahasiswa dengan 3 – 4 pembimbing 1. Penjelasan koordinator sebagai guru model di depan mahasiswa.
2. Penjelasan 8 Struktur pembelajaran dan cara menilai pada mahasiswa.
3. Penjelasan tugas kuliah “micro teaching” dan diskusi kelompok
3. Tahap Revisi Rencana Pembelajaran
Evaluasi Perencanaan Evaluasi diri
1. Mahasiswa mengevaluasi 8 struktur pem belajaran yang direncanakan
2. konsultasi dengan pembimbing
Perbaikan 1. Berdiskusi dengan teman sejawat
2. Memperbaiki rencana pembelajaran
3. Menyerahkan perbaikan pada pembimbing.

Tabel 5. Siklus Praktek Mengajar “Micro Teaching”
Kegiatan Tugas / Pengalaman Yang Diperoleh
1. Praktek Mengajar Pertama
Praktikan dan penilai memperoleh pengalaman praktek dan menilai Praktikan
Mahasiswa yang ditunjuk sesuai giliran praktek pada kelompoknya 1. Menyerahkan kontrak persiapan praktek mengajar dg 8 struktur pembelajaran.
2. Praktek mengajar selama 20 menit.
3. Setelah praktik siap menerima evaluasi dari diri sendiri maupun mahasiswa.
Penilai
Terdiri dari 3 mahasiswa, pembimbing dan koordi-nator kelompok.
Penilaian menggunakan Format Pengamatan Pembelajaran Fisika
( Lampiran 1) 1. Mahasiswa 1 : menilai dengan format Pembelajaran no 1 s/d 5 …(2 menit)
2. Mahasiswa 2 : menilai dengan format Pembelajaran no 6 s/d 10 …(2 menit)
3. Mahasiswa 3 : menilai dengan format Pembelajaran 11 s/d 15 …..(2 menit)
4. Pembimbing : menilai dengan format Pembelajaran yg perlu…….(5 menit)
5. Koordinator bila perlu
2. Pengalaman Mahasiswa Selama Kuliah
Kesimpatan Evaluasi diri pd putaran ke 2 Praktikan
3 mahasiswa yang praktek mengajar tiap tatap muka 1. Direncanakan 12 kali tatap muka kuliah.
2. Setiap mahasiswa diberi kesempatan 3 kali praktek.
Penilai
Formal diartikan penilaian tertulis dan diungkapkan secara lesan, Non formal diartikan penilaian secara tertulis saja. 1. Setiap mahasiswa diberi kesempatan menilai secara formal dan Non formal dgn Format Pengamatan Pembelajaran (Lampiran 1)
2. Memperoleh masukan dari pembimbing.
3. Merefleksi pengalaman teman.
3. Praktek Mengajar Kedua
Belajar lebih banyak dan Bermakna Praktikan
Mahasiswa yang ditunjuk sesuai giliran praktek pada kelompoknya 1. Seperti kegiatan praktek pertama
2. Mempunyai bekal mengajar 1 x , menilai non formal 12 x dan menilai formal 11 x
3. Berkesempatan menata ulang strategi pembelajaran yang lebih baik.
Penilai
Mempunyai bekal mengajar 1 x , menilai non formal 12 x dan menilai formal 11 x
1. Lebih jeli (36 x) menggunakan format Pengamatan Pembelajaran (Lampiran 1)
2. Lebih sadar melaksanakan strategi mengajar yang harus dikerjakan
3. Berkesempatan menata ulang strategi pembelajaran yang lebih baik
4. Merefleksi pengalaman teman.
4. Praktek Berikutnya :
o Mahasiswa mempunyai pengalaman yang lebih banyak dan lebih baik tentang pelaksanaan pembelajaran dengan 8 struktur pembelajaran ilmiah.
o Hanya mahasiswa pada putaran ke 2 yang belum menuju perbaikan akan dibimbing secara khusus oleh konsultan.
SIMPULAN
Setelah melaksanakan kegiatan kuliah “Micro Teaching” mahasiswa :
Ada kesadaran bahwa mengajar perlu persiapan yang matang agar prosedur pembelajaran menggunakan 8 struktur pembelajaran ilmiah dapat tercapai, Mengajar memerlukan kesabaran refleksi teman sangat diperlukan untuk meningkatkan ketajaman pengalaman dan menyusun strategi pembelajaran yang baik dan benar.
Masih ada kerancuan mengajar untuk melatih satu penggalan dari 8 struktur pembelajaran berdasarkan kontrak keterampilan ‘’micro teaching”yang sesuai bila dibandingkan pola mengajar satu konsep fisika secara utuh, pembimbing masih mengunggulkan pendekatan materi bukan pendekatan konsep.

CURRICULUM VITAE

1. Data Ketua Peneliti
a. Nama lengkap dan gelar
b. NIP
c. Pangkat / golongan
d. Fakultas / Jurusan
e. Bidang Keahlian
f. Alamat
:
:
:
:
:
:
Drs Jamzuri MPd
130 902 519
Lektor kepala / IV B
KIP – P.MIPA
Pendidikan Fisika
Perum Telukan D15/13/14 Sukoharjo

2. Pengalaman Studi
a. S1 : Pendidikan Fisika FKIP IKIP YOGYAKARTA1980
b. S2 : Pendidikan Fisika IKIP JAKARTA

3. Pengalaman Kursus / Pelatihan
a. Elektronika Dasar : ITB 1 semester 1992
b. Elektronika Lanjut : ITB 1 semester 1996

4. Pengalaman Mengajar :
a. Elektronika di Pendidikan Fisika FKIP UNS tahun 1982 sampai sekarang
b. Ketua Lab P.Fisika FKIP UNS 1983 – 1986
c. Sekretaris Sub Lab Fisika UNS 2003 – sekarang
d. Elektronika di Fakultas Teknik FKIP UNS 1994 – 1996
e. Fisika Dasar di Pendidikan Matematika UMS 1999 – sekarang
f. Tim Pengampu Pengajaran Micro di Program Fisika sejak 1984 sampai sekarang.
g. Pembimbing PPL di P.Fisika tahun 1990 – sekarang

5. Pengalaman Meneliti :
a. Jamzuri , (2001) Pembuatan KIT dan Petunjuk Praktikum Elektronika Dasar hibah teaching grant
b. Jamzuri, (2005) Model Pembelajaran Elektronika Dengan Animasi Circuit Marker , hibah teaching grant A2
c. Jamzuri, (2003) Pola Pembelajaran SEQIP di SD. Kompetisi UNS
d. Jamzuri (2006), Standar Opersional Pelaksanaan Mikroteaching Di Program Fisika, LPPM UNS

6. Pengalaman Menulis Buku :
a. Jamzuri (2001), Pembuatan KIT dan Petunjuk Praktikum Elektronika, UNS Press
b. Jamzuri (2003), Logika Biner, UNS Press
c. Jamzuri (2000), Elaktronika 1 dan 2, UNS Press
d. Jamzuri (2006), Petunjuk Praktikum FisikaDasar, Lab UNS

7. Pengalaman Sebagai Konsultan :
a. Konsultan ( 2005 – 2006), Desaster Awareness in Primary Scholl (DAPS), GTZ Project.
b. Konsultan ( 2002 – 2005), Science Qualiti Improvement Project (SEQIP), GTZ Project.

8. Pengalaman P2M :
a. Jamzuri (2000), Pelatihan tentang perencanaan Instrumen Tes Pada Guru SLTP dan SMU Muhammadiyah se Kabupaten Sukoharjo
b. Jamzuri (2001), Penyuluhan Teknik Evaluasi Bidang Studi IPA
c. Jamzuri (2007), Konsultan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Online, http: //ktiguru jardiknas.org
DAFTAR PUSTAKA

Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pdan K (1990), Kurikulum Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (MIPA-LPTK) Progran Strata -1 (S1), Jakarta

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Buku Pedoman Tahun Akademik 2004 – 2005, UNS Press

Joko NurkamtoDR,(2003), Pidato Pengukuhan Guru BesarUNS, Surakarta, UNS Press

Jamzuri (2006), Standar Operasi Kuliah Micro Teaching, Surakarta, FKIP UNS

Kurikulum online, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pusat Kurikulum Balitbang Departermen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. www.puskur.or.id/2kurikulum

Otto Hames,Tim SEQIP,(2000), Buku IPA Guru Kelas 6, Jakarta
Otto Hames, (2001), Stuktur Pembelajaran IPA Model Prof Walter Klinger Phd, makalah seminar SEQIP 2001

Widodo R (2002), Materi Pengajaran mikro, Surakarta, Unit PPL UNS